Home > Nasional

Fahira Idris Ingatkan Jalan Menuju Negara Maju Masih Terjal

Namun, target Indonesia menjadi negara maju di usia ke-100 tahun kemerdekaan atau pada 2045 yang sudah di depan mata masih akan menemui jalan terjal.
Anggota DPD RI Fahira Idris. (Foto: Dok REPUBLIKA)
Anggota DPD RI Fahira Idris. (Foto: Dok REPUBLIKA)

RUZKA INDONESIA — Usia 79 tahun Kemerdekaan Indonesia patut disyukuri oleh segenap bangsa.

Dengan segala dinamika dan tantangan baik internal maupun eksternal, bangsa ini terus berjuang mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa yang telah berkorban demi kemerdekaan yang saat ini kita rasakan.

Namun, target Indonesia menjadi negara maju di usia ke-100 tahun kemerdekaan atau pada 2045 yang sudah di depan mata masih akan menemui jalan terjal.

“Tantangan menuju Indonesia Emas mulai dari kemandirian akan pangan dan energi, kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha yang belum merata, ketimpangan sosial yang masih melebar, persoalan ekologis yang makin pelik, kedewasaan demokrasi dan penegakan hukum yang belum sepenuhnya kokoh, serta lahirnya berbagai fenomena penyakit sosial baru, menjadi jalan terjal yang harus dilalui dengan kebijakan yang matang, kerja keras dan cerdas, kemauan dan kemampuan serta komitmen kolektif seluruh elemen bangsa,” ujar Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris di sela Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-79 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/08/2024).

Menurut Senator Jakarta ini, Indonesia masih belum mandiri dalam pangan dan energi.

Ketergantungan pada impor pangan dan energi membuat harga kebutuhan pokok tidak stabil dan biaya hidup tetap tinggi.

Kondisi tersebut bukan hanya menekan daya beli masyarakat, tetapi juga membuat Indonesia rentan terhadap gejolak pasar internasional.

Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kemandirian pangan dan energi harus menjadi prioritas utama.

Kebijakan yang mendukung ketahanan pangan dan diversifikasi sumber energi harus segera diimplementasikan secara efektif.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren positif, angka kemiskinan masih tinggi dan lapangan kerja masih terbatas.

Terlebih lagi, kesempatan berusaha bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) masih sering terhambat terutama akses terhadap modal.

Tanpa mengatasi masalah ini, cita-cita untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur akan sulit terwujud.

Pemerintah harus fokus pada kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan inklusivitas ekonomi.

Ketimpangan sosial yang masih melebar, lanjut Fahira Idris, juga menjadi tantangan utama Indonesia Emas 2045.

Untuk itu, diperlukan upaya yang serius untuk mengurangi kesenjangan ini melalui redistribusi kekayaan, peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat miskin.

Begitu juga dengan persoalan ekologis yang jika tidak segera diatasi akan menjadi ancaman bagi generasi mendatang.

Kerusakan lingkungan mengancam keberlanjutan pembangunan yang sangat bergantung pada kesehatan ekosistem.

Tantangan fundamental lainnya adalah kedewasaan demokrasi di Indonesia masih pasang surut, dengan penegakan hukum yang belum optimal dan praktik korupsi yang masih marak.

Tanpa upaya serius untuk memberantas korupsi dan memperkuat institusi hukum, perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 akan terganggu.

Tantangan baru yang juga sangat mengkhawatirkan adalah fenomena penyakit sosial baru terutama akibat kemajuan teknologi informasi, salah satunya judi online.

Praktik ini tidak hanya merusak moral masyarakat, tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang serius, terutama bagi generasi muda.

“Semua tantangan ini harus menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, tidaklah mudah. Namun, dengan komitmen bersama, kebijakan yang tepat, dan semangat gotong royong, Indonesia dapat melewati jalan terjal ini. Mari kita jadikan peringatan HUT ke-79 RI ini sebagai momentum untuk merefleksikan langkah-langkah yang perlu diambil demi memenuhi cita-cita para pendiri bangsa,” tandas Fahira Idris. (***)

Penulis: S Dwiyantho Putra

× Image