BPOM: Banyak Jajanan Pasar Berisiko Kanker, Teliti Cirinya Sebelum Membeli
RUZKA INDONESIA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan, tidak semua jajanan yang beredar bebas di pasaran terpantau aman dikonsumsi.
BPOM kerap menemukan beberapa di antaranya yang mengandung zat terlarang seperti formalin, boraks, sampai pewarna tekstil rhodamin B, juga metanil yellow.
Efeknya tidak main-main, dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kanker. Plt Kepala BPOM, Lucia Rizka Andalusia menyebut jajanan pasar seperti bakso, soto mi, umumnya ditemukan mengandung formalin.
Ciri-cirinya, mi tersebut tidak mudah rusak dan bahkan bisa bertahan hingga hitungan bulan. Mi tidak hanya digunakan dalam jajanan soto, tetapi juga sebagai pelengkap bakso.
Selain itu, mi berformalin memiliki warna lebih mengkilap, tidak lengket, dan tidak mudah putus. Bertekstur agak keras dan kenyal.
"Ini mi yang warnanya kuning dan dia awet bisa seminggu lebih dia nggak rusak, bulanan bahkan karena mengandung formalin," ujar Rizka dalam keterangan yang diterima, Sabtu (06/07/2024).
Selain mie, ada jajanan pasar lain yang nekat memakai bahan tambahan pangan pewarna tekstil rhodamin B dan metanil yellow, yakni cone es krim. Padahal, kedua zat tersebut jelas dilarang terkandung dalam makanan lantaran berisiko kanker.
"Rhodamin ini, cone-nya es krim yang warnanya merah ini yang mengandung rhodamin B. Selain itu juga ada yang pewarna yang tidak boleh itu metanil yellow," terangnya Rizka.
Dikutip laman BPOM RI, zat warna rhodamin B bersifat karsinogenik. Pewarna ini biasanya digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu, plastik dan kulit, sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimoni, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum dan tungsten, dan digunakan untuk pewarna biologik.
Agar lebih waspada, penting untuk mengetahui ciri makanan dan minuman dengan pewarna berbahaya. Tanda makanan dan minuman dengan pewarna berbahaya dapat dilihat dengan ciri-ciri:
Warna makanan atau minuman terlihat cerah mengkilap dan lebih mencolok serta cenderung berpendar.
Terkadang warna terlihat tidak homogen atau rata. bila dilihat dengan teliti akan terlihat gumpalan warna pada makanan atau minuman.
Bila dikonsumsi, makanan atau minuman akan terasa lebih pahit.
Tenggorokan terasa gatal atau tidak nyaman usai mengonsumsi makanan dengan pewarna tersebut.
Bahaya rhodamin B bisa berdampak pada saluran pencernaan dan dalam waktu yang lama menyebabkan gangguan fungsi hati yang berujung kanker hati.
Sementara zat warna metanil yellow biasa digunakan pada industri tekstil, cat, kertas dan kulit binatang, indikator reaksi netralisasi (asam-basa) dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah. Jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih.
"Kalau dilihat nih rhodamin tuh kayak gini nih bentuknya, ini buat pewarna tekstil sudah jelas-jelas tidak boleh untuk makanan. Tapi memang murah sekali dan gampang didapatkan," kata Rizka.
Zat lain yang marak ditemui adalah boraks, termasuk bahan yang paling populer untuk digunakan sebagai pengawet makanan.
Dalam temuan BPOM, kini banyak kerupuk yang juga menggunakan boraks. Padahal, efek boraks saat masuk ke tubuh bisa mengganggu fungsi ginjal. Bisa ditandai dengan gejala awal mual, nyeri hebat pada perut, menjadi mudah lemas, mengantuk, hingga mengeluh sakit kepala.
"Bikin kerupuk pake boraks ini paling banyak. Kerupuk gendar, kerupuk seperti ini mengandung boraks," ungkap Rizka. (***)