Ini Tokoh Perempuan dari Kalangan Muda yang Siap Berikan Energi Baru untuk Madiun
RUZKA INDONESIA -- Semilir angin di lereng Gunung Wilis menyapu wajah ayu, Ghina Rabbani Wasisto, seorang gadis berusia 24 tahun kelahiran Madiun.
Sorot matanya berbinar menatap dengan penuh kagum sebuah patung perempuan di depannya. Ada getaran dalam dadanya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Mudik Lebaran 2024 ke kampung halaman ayahnya di Desa Krebet, Kecamatan Pilang Kenceng, Madiun, selama 2 pekan, membawa langkah kaki Ghina, seorang alumni Fakultas Ilmu Politik Universitas Padjajaran, hingga ke Monumen Raden Ayu Retno Dumilah yang terletak di Desa Kere, Kecamatan Kere.
Wujud patung perempuan itu menggambarkan sosok Raden Ayu Retno Dumilah, dengan rambut panjang yang tergerai, mengenakan kemben sambil mengacungkan sebilah keris dan menunggang kuda dengan kedua kaki depannya terangkat ke atas, sementara di bawahnya terdapat patung laki-laki.
“Patung ini adalah salah satu bukti sejarah bahwa Madiun pernah dipimpin oleh sosok perempuan yang luar biasa, yaitu Raden Ayu Retno Dumilah,” ujar Ghina, anak kedua dari lima bersaudara, dengan penuh kagum.
Raden Ayu Retno Dumilah memimpin Kabupaten Madiun (Purabaya pada masa itu) pada abad ke-16 (1586 – 1590). Selain sebagai pemimpin, ia juga terlibat langsung sebagai panglima perang, memberikan teladan tentang bagaimana kepemimpinan perempuan dapat bersinergi dengan keberanian dalam pertempuran.
Ghina menambahkan, pemimpin perempuan Madiun lainnya adalah Ratu Mas Blitar (dalam Wikipedia Kabupaten Madiun tertulis Raden Ayu Puger), yang menjabat sebagai Bupati Madiun pada awal abad ke-18 (1703 – 1704).
Selain tugas administratif, Ratu Mas Blitar juga dikenal sebagai sosok spiritualis dan sastrawan yang meninggalkan warisan karya-karya sufistik Jawa. Karyanya mencerminkan pemikiran kritis terhadap keadaan politik dan hubungan dengan Belanda pada masa itu.
“Keduanya adalah tokoh pemimpin perempuan Madiun yang menunjukkan keberanian dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai tantangan, memimpin dengan tegas, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan daerah,” ujar Ghina penuh semangat.
Ghina menjelaskan bahwa setelah kedua tokoh perempuan tersebut, tidak ada lagi tokoh perempuan yang muncul di pucuk kepemimpinan Madiun, baik sebagai Bupati maupun Wakil Bupati.
“Terinspirasi dengan kisah Raden Ayu Retno Dumilah dan Ratu Mas Blitar, saya berencana untuk mendaftar sebagai Bakal Calon Bupati atau Wakil Bupati Madiun periode 2024 – 2029,” tegas Ghina mantap.
Meskipun usianya masih tergolong muda, Ghina sudah memiliki modal dasar sebagai politisi. Pada Pemilihan Legislatif 2024 lalu, dia diminta oleh PDI Perjuangan untuk menjadi Calon Anggota Legislatif DPRD Provinsi Jawa Timur untuk Daerah Pemilihan Jatim III (Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Probolinggo, dan Kota Probolinggo), dengan perolehan suara sebanyak 17.641.
Capaian tersebut tidak main-main untuk seorang pendatang baru dan bukan orang asli daerah.
Niatnya mencalonkan diri sebagai Calon Bupati atau Wakil Bupati juga didukung penuh oleh ayahnya, Waras Wasisto, yang merupakan anggota DPRD Jawa Barat selama 2 periode dari PDI Perjuangan.
“Saat baru lulus kuliah, saya diminta oleh Ayah untuk mencalonkan diri sebagai Caleg, katanya untuk menggenapi kuota perempuan. Awalnya saya agak ragu karena saya tidak mengenal medan Dapil. Namun, setelah dipikir-pikir, saya merasa tidak ada salahnya untuk mencoba. Alhamdulillah, saya mendapat suara sebanyak itu, bagi saya itu luar biasa, terutama pengalaman yang saya dapatkan,” kenang Ghina.
Menurut Ghina, Madiun membutuhkan kepemimpinan perempuan, karena perempuan biasanya akan membawa keberanian dan kreativitas dalam memimpin.
“Pemimpin perempuan sering kali mampu melihat solusi di tengah kompleksitas masalah, pendekatannya lebih inklusif, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, mampu menggalang dukungan lintas sektor sehingga dapat mengambil keputusan yang mencakup kebutuhan dan aspirasi seluruh masyarakat, serta menciptakan lingkungan yang memotivasi pertumbuhan, seperti yang sudah ditunjukkan oleh Raden Ayu Retno Dumilah dan Ratu Mas Blitar,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa selama ini kepemimpinan perempuan sering dilihat sebelah mata, padahal banyak sekali Kepala Daerah baik di level Kabupaten/Kota atau Provinsi yang maju dipimpin oleh perempuan.
“Saya juga ingin menunjukkan bahwa anak-anak muda bisa berkiprah di dunia politik. Bahwa siapapun tanpa memandang jenis kelamin, usia, latar belakang, bisa mewujudkan cita-citanya, namun tentu saja dengan prestasi,” kata Ghina.
Ghina mengungkapkan, bahwa pemilih pada Pilkada 2024 Kabupaten Madiun sebanyak 37% adalah pemilih muda dengan rentang usia 17 – 30 tahun.
“Saya optimis bahwa anak-anak muda Madiun akan menjadi lokomotif perubahan,” katanya.
Terkait dengan pasangannya nanti, Ghina menyerahkan hal itu kepada Partai. Yang pasti, lanjut Ghina, Madiun adalah salah satu basis PDI Perjuangan, sangat disayangkan jika tidak ada kader yang mencalonkan diri.
“Dengan izin Allah, saya siap mencalonkan diri, saya ingin seperti Raden Ayu Retno Dumilah dan Ratu Mas Blitar,” ungkapnya mantap. (***)