Cegah Gangguan Retinopati Diabetik pada Pasien Diabetes, FKUI Edukasi Nakes dan Masyarakat di Kepula
ruzka.republika.co.id--Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. DM merupakan masalah global dan nasional karena jumlahnya yang meningkat tajam dari tahun ke tahun.
Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Kementerian Kesehatan mengestimasikan pada tahun 2030, jumlah populasi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta penduduk dan menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat dengan populasi DM terbesar di dunia.Kepulauan Seribu, meskipun berdekatan dengan Jakarta, namun karena terdiri dari gugusan pulau memiliki kondisi geografis yang berpotensi mengakibatkan kendala dalam bidang kesehatan, di antaranya ketersediaan tenaga medis yang terlatih dalam memberikan layanan kesehatan pada pasien DM beserta komplikasinya.
Menurut data dari Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kepulauan Seribu, saat ini Kepulauan Seribu menempati peringkat ketiga prevalensi DM tertinggi di DKI Jakarta, yaitu sebesar 2,7%. Sekitar 35% pasien DM ini terancam mengalami Retinopati Diabetik, yang dapat menyebabkan kebutaan.Masalah tersebut menjadi penggerak bagi Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk mengadakan kegiatan pengabdian seperti webinar, workshop, dan skrining Retinopati Diabetik sebagai kontribusi dan peran aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat, khususnya di Kepulauan Seribu.
Kegiatan pengabdian berupa webinar dan workshop bagi para tenaga kesehatan di puskesmas wilayah Kepulauan Seribu dan wilayah DKI Jakarta lainnya berlangsung pada tanggal 18-19 Oktober 2022 secara daring, sedangkan skrining retinopati diabetik diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober 2022 di Aula Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Pulau Tidung.
Kegiatan skrining Retinopati Diabetik meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan mata luar untuk deteksi katarak dan kelainan mata lain, serta foto retina mata (foto fundus). Di akhir skrining, diberikan edukasi kepada pasien, pemberian kacamata baca, pemberian obat tetes lubrikan mata bagi pasien membutuhkan, dan pembagian sembako.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung atas kerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), dan didukung oleh para mitra layanan kesehatan mata.Menurut pemateri dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dr. Ardy Wildan, Sp.PD, komplikasi DM bisa menyerang berbagai organ seperti otak, jantung, ginjal dan juga mata.
“Gangguan mata yang sering ditemukan pada pasien diabetes adalah Retinopati Diabetik, yang merupakan penyebab kebutaan tersering pada pasien DM. Retinopati Diabetik diperkirakan terjadi pada 1 dari 3 penderita DM. Retinopati diabetik perlu dideteksi secara dini karena dapat menimbulkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan permanen,” ujar dr. Ardy.Menurut Ketua tim pengmas FKUI Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K) yang juga merupakan staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSCM diperlukan pengembangan program skrining Retinopati Diabetik yang baik, terutama di fasilitas layanan primer yang mudah diakses oleh masyarakat luas.
“Skrining Retinopati Diabetik memerlukan metode dan peralatan yang memadai, dan tenaga kesehatan yang kompeten juga berkualitas. Saat ini di Indonesia masih terdapat banyak kendala dalam menjalankan skrining Retinopati Diabetik, di antaranya adalah keterbatasan dalam kapasitas sumber daya manusia,” kata Dr. dr. Gitalisa.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan bagi para tenaga kesehatan dan masyarakat dalam membangun kapasitas fasilitas layanan kesehatan primer yang baik, skrining gangguan penglihatan terutama Retinopati Diabetik pada pasien DM, dan memperkuat jalur rujukan untuk mendapatkan tatalaksana yang sesuai. (Rusdy Nurdiansyah)