Bersama Rusia dan Filipina, UI Rawat Keberagaman melalui Pagelaran Seni AsraMAC UI International Cul
ruzka.republika.co.id--“Budaya merupakan hal yang penting karena menunjukkan identitas sebuah negara. Melalui kebudayaan, hubungan antarnegara dapat terjalin—sebagaimana Rusia dan Indonesia yang berelasi lebih dari 70 tahun. Relasi yang dibangun Soekarno dengan Rusia sangat baik, salah satunya melalui seni dan budaya. Itulah kenapa lagu ‘Rayuan Pulau Kelapa’ sangat populer di Rusia, bahkan diterjemahkan dalam bahasa Rusia,” ujar Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, H.E. Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam sambutannya di acara AsraMAC UI International Cultural Fest 2022.
Menurut Lyudmila, budaya merupakan hal yang menyatukan Indonesia dan Rusia sejak dahulu hingga saat ini. Presiden pertama Indonesia, Soekarno, memiliki andil besar dalam pengenalan budaya Indonesia di negeri tersebut. Adanya pertukaran pelajar Indonesia–Rusia juga menjadi media untuk saling mengenalkan budaya masing-masing negara, baik melalui pagelaran seni tari maupun seni musik.
Acara yang diadakan Asrama Universitas Indonesia (UI) dan Makara Art Center (MAC) UI pada 24-25 September 2022 ini juga menghadirkan tiga narasumber dalam Cultural Talk yang mengulas pentingnya musik dari berbagai sisi.
Tiga narasumber tersebut adalah Gilang Ramadan Kartahadimadja (musisi Indonesia), Rahmat Hidayatullah (penulis buku), dan Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI). Gilang menilai musik merupakan instrumen penting yang berkaitan dengan kesenian budaya.
Menurutnya, keberadaan musik tidak lepas dari ekosistem hutan. Banyak musik tradisional yang membutuhkan sumber bunyi dari kayu, bambu, dan sejenisnya.
“Berbicara mengenai musik, khususnya musik tradisional, berkaitan erat dengan alam dan ketersediaan kulit kayu. Mungkin musik sudah punah dari beberapa tahun silam bila alam tidak mendukung kehadiran musik. Intinya, musik merupakan ungkapan ekspresi dari seseorang untuk berkarya, berseni, dan upaya dari kita untuk mempertahankan budaya Indonesia,” jelas Gilang.
Seni musik juga dapat dimanfaatkan untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Rahmat menilai musik harus dilindungi, dimanfaatkan, dan dikembangkan guna kelestarian budaya.
“Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula musik di Tanah Air. Di tengah gempuran musik luar, saya berharap banyak musisi muda lokal yang menciptakan karya dan mengembangkan musik tradisional maupun modern agar keberadaan musik Indonesia tidak punah,” terang Rahmat.
Upaya pemajuan kebudayaan ini dapat dimulai dengan ditumbuhkannya kecintaan diri pada seni dan budaya. Hal ini seperti yang dilakukan Rieke terhadap musik tradisional, Kecintaannya pada seni dan budaya terwujud melalui upayanya dalam memperkenalkan aneka musik tradisional kepada timnya, seperti karinding, celempung, rebab, dan kecapi. Keempat alat ini dibuat secara otodidak menggunakan alat dan bahan seadanya.
Menurut Rieke, seni musik dapat dipadukan dengan kesenian lain, misalnya puisi, sehingga lahirlah musikalisasi puisi yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat makna.Selain melalui tari dan musik, relasi antardaerah ataupun antarnegara yang kuat juga dapat hadir karena adanya kesamaan dua negara.
Menurut Third Secretary and Vice Consul of the Philippine Embassy, Glenn Joseph, relasi internasional yang terjalin antara Indonesia dan Filipina terjadi karena keduanya memiliki kedekatan budaya. Salah satunya adalah adanya kemiripan dalam kuliner.
Buah nangka di Indonesia dikenal sebagai langka di Filipina. Cara mengolahnya pun hampir sama, buah tersebut harus direbus terlebih dahulu sebelum diolah menjadi makanan. Kemiripan ini menjadi salah satu bukti bahwa adanya irisan budaya antarnegara menunjukkan persaudaraan di tengah keberagaman.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, menyampaikan, UI bukan hanya merupakan pusat edukasi di bidang teknologi dan sains, melainkan juga di bidang seni dan budaya. Mahasiswa UI diharapkan dapat bersaing di kancah global dengan tetap mempertahankan identitas bangsa.
“Asrama UI merupakan lingkungan yang sempurna bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya di bidang akademik serta menjalin hubungan antarbudaya. Mahasiswa UI tidak hanya berasal dari satu daerah, tetapi dari berbagai provinsi di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kehidupan yang harmonis ke depannya,” papar Prof. Haris.
Sementara itu, Kepala UPT Asrama UI, Abdi Kurnia Djohan, M.H., melihat budaya sebagai universal language yang bisa dipahami oleh banyak orang serta tidak memiliki pretensi dan tendensi. Oleh karena itu, dengan adanya acara ini, diharapkan kesadaran akan kebersamaan semakin kuat.
Menurut Abdi, Asrama UI menyimpan banyak potensi yang jika dikembangkan akan melahirkan karya-karya besar di masa mendatang. Asrama mahasiswa UI bukan hanya tempat beristirahat, melainkan juga tempat membangun kolaborasi, menggali potensi, dan merekatkan kebersamaan para mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang.
Acara yang diselenggarakan selama dua hari ini tidak hanya menampilkan kebudayaan-kebudayaan lokal Indonesia, tetapi juga kebudayaan mancanegara, seperti Filipina dan Rusia. Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw menyebutkan, festival budaya berperan sebagai jembatan antarbangsa agar mereka dapat berinteraksi dan berkomunikasi melalui seni dan kebudayaan.
Menurutnya, seni merupakan media yang paling mudah untuk menimbulkan semangat kebersamaan. “Kita merajut persaudaraan, merajut kebersamaan, dan merawat perbedaan melalui seni karena seni merupakan bahasa universal yang dapat dijadikan alat komunikasi untuk merajut kebersamaan itu,” pungkas Dr. Zastrouw. (Rusdy Nurdiansyah)