Teuku Sahir Syahali Terpilih Lagi Ketum Gamavet, Guyub Rukun Migunani
ruzka.republika.co.id--Bertepatan dengan Dies Natalis ke-76 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Gamavet-Ikatan Alumni FKH UGM mengadakan serangkaian acara yang berlangsung pada 24 September 2022. Acara dibuka dengan pelepasan burung dan ikan di Danau Lembah UGM oleh Dekan FKH UGM, Prof. drh. Teguh Budipitojo, M.P., Ph.D dan Ketua Umum (Ketum) Gamavet Periode 2018-2022, DR. drh. Teuku Sahir Syahali, M.M., M.Ak.
Seremoni tersebut turut disaksikan oleh perwakilan dari FKH UGM dan pengurus Gamavet. "Pelepasan burung dan ikan adalah sebagai bentuk sumbangsih bagi keberagaman fauna yang ada di Wisdom Park UGM," ujar Ketum Gamavet Periode 2018-2022, DR. drh. Teuku Sahir Syahali, M.M., M.Ak dalam siaran pers yang diterima, Ahad (25/09/2022).
Rangkaian acara berikutnya adalah Focus Group Discussion (FGD) seri ketiga dari rangkaian FGD Melihat Kesehatan Hewan Dari Perspektif Berbeda. Acara ini merupakan kolaborasi antara Gamavet dan FKH UGM.
Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah baik secara luring maupun daring. Pada seri pamungkas ini, dimoderatori oleh Dicko Rossanda-Aktivis Konservasi, dan turut hadir sebagai pembicara adalah Anton Krisbiyanto sebagai Praktisi Pendampingan Petani Pertanian Ramah Lingkungan, Dr. rer.nat. Sena Adi Subrata, S. Hut., M. Sc selaku Akademisi Kehutanan dan P Mutiara Andalas, SJ yang merupakan Akademisi Universitas Sanata Dharma.
Praktisi Pendampingan Petani Pertanian Ramah Lingkungan, Anton Krisbiyanto memaparkan, dahulu sebelum adanya revolusi hijau, masyarakat sebetulnya sudah akrab dengan bahan pangan yang kini disebut sebagai organik. “Kemudian kebiasaan itu berubah dan kini bahan pangan organik justru memiliki kelas tersendiri dan harganya lebih mahal dari bahan pangan biasa," jelasnya.
Ia menyarankan agar para produsen pangan mulai bergerak ke arah keberlanjutan. Dari pertimbangan ekologisnya, masih menurut Anton, kualitas sumber daya alam harus dipertahankan. “Kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman, hewan hingga mikroorganisme tanah harus ditingkatkan”, tekannya.
Akademisi Kehutanan, Dr. rer.nat. Sena Adi Subrata, S. Hut., M. Sc menyinggung soal keterkaitan antara perubahan iklim dengan populasi ternak. Ia tak menampik apabila gas metana yang dihasilkan secara alami oleh ternak sapi merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca dan berdampak langsung terhadap perubahan iklim.
Namun ia menggaris bawahi, apabila masyarakat mengurangi konsumsinya terhadap produk asal daging maka bagaimana nasib peternak yang selama ini menggantungkan hidupnya dari peternakan. Hal tersebut diakuinya masih menjadi polemik tersendiri.
Akademisi Universitas Sanata Dharma, P Mutiara Andalas, SJ mengamati perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan ketergantungan negara berkembang pada cadangan alam dan jasa ekosistem seperti pada pertanian, perikanan dan kehutanan.
"Dampak nyata lainnya akibat kerusakan ekologi yang di atas ambang adaptasi ciptaan ekologis adalah terjadinya migrasi hewan demi tujuan bertahan hidup," terangnya.
Perumusan Hasil FGD
FGD pada seri sebelumnya telah dilakukan secara daring pada 9 April dan 16 Mei 2022 dengan melibatkan banyak praktisi dan pakar dari berbagai kalangan terutama yang bersinggungan dengan hewan domestik maupun satwa liar. Berakhirnya FGD seri ketiga lantas hasilnya dirumuskan oleh Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, S. U., M. Sc. – Guru Besar FKH UGM sebagai masukan bagi pemerintah dan stakeholder terkait lainnya guna ditindaklanjuti.
Sumiarto menitik beratkan rumusan FGD terkait kesehatan hewan sebagai urusan wajib pemerintah. “Dari hasil FGD, diperlukan suprastruktur dan kelembagaan untuk memperkuat posisi dan peran profesi kedokteran hewan di tingkat nasional," ujarnya.
Paradigma dan perspektifnya, lanjut dia, sebagai rujukan dari slogan dokter hewan Indonesia “Manusya Mriga Satwa Sewaka”. Kebijakan terintegrasi dengan menghilangkan ego sektoral diperlukan sehingga dapat mewujudkan kolaborasi antara kedokteran hewan, kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan, perkebunan dan pertanian.
Terpilih Kembali
Masih dalam rangkaian Dies Natalis ke-76 FKH UGM, Musyawarah Nasional Gamavet digelar untuk melaporkan kegiatan selama periode pengurusan 2018 -2022. Teuku Syahir Sahir menyampaikan dalam laporannya, sebagai anggota Gamavet harus mengadopsi slogan Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada).
“Maka selain guyub rukun, kita semua harus migunani. Artinya berguna bagi bangsa, negara dan almamater," pesannya.Pihaknya mengajak segenap alumni FKH UGM untuk dapat berkontribusi kembali ke kampus yang telah banyak memberikan pengalaman dan pengajaran.
“Karena kini sudah saatnya kita memberikan kontribusi balik dengan membangun kampus dan membangun negeri," ajak Sahir.
Sahir pun terpilih kembali menjadi Ketua Umum (Ketum) Gamavet periode 2022-2026 setelah seluruh peserta secara penuh mendukung dirinya untuk meneruskan kepemimpinan Gamavet. Acara dihadiri oleh para civitas akademika FKH UGM dan para alumni dari berbagai angkatan. (Rusdy Nurdiansyah)