Pentingnya Literasi Bisa Jadi Kunci Cegah Bullying

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK-- Pentingnya literasi dalam membentuk karakter anak sekaligus sebagai upaya pencegahan terhadap kasus bullying atau perundungan.
"Literasi bisa menjadi kunci mencegah bullying," kata Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diskarpus) Kota Depok, Utang Wardaya dalam keterangan yang diterima, Jumat (16/05/2025).
Menurut Utang, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis. Namun juga mencakup pembentukan daya pikir, daya ingat, serta pengasahan hati nurani.
Baca juga: Lebaran Depok, Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya yang Dilestarikan
"Sejatinya manusia diciptakan oleh Tuhan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ini harus kita asah dan arahkan ke hal-hal yang baik," terangnya.
Lanjut Utang, potensi anak berbeda-beda, ada yang memiliki bekal baik dari keluarga, namun bisa saja terpengaruh lingkungan menjadi kurang baik.
Oleh karena itu, menurutnya, penting bagi semua pihak, baik orang tua maupun pendidik, untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam membentuk karakter anak.
Baca juga: Keren! Kelurahan Sukamaju Depok Jadi Pilot Project Koperasi Merah Putih
"Jangan hanya mengandalkan pendidikan di sekolah, begitu juga sebaliknya, orang tua tidak bisa hanya menyerahkan pengasuhan pada guru. Harus ada sinergi," jelasnya.
Ia menegaskan, literasi dapat menjadi fondasi penting dalam membimbing anak agar mampu membedakan mana perilaku yang baik dan buruk.
Literasi perlu diwujudkan tidak hanya dalam pemahaman teoritis, tetapi juga dalam praktik nyata, termasuk dalam proses pengasuhan dan pembinaan karakter anak sejak dini.
Baca juga: Depok Optimis Capai Zero Stunting Lewat Kolaborasi
"Pengasuhan dan parenting itu proses yang harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari hal terkecil dalam pendidikan anak, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah," ungkap Utang.
Ia pun mengajak semua elemen, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat, untuk bersinergi dalam memberikan pembinaan secara terpadu kepada anak. Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
"Diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati, toleransi, serta terhindar dari perilaku perundungan," harap Utang. (***)