Home > Komunitas

Majelis Alimat Indonesia Berhalal bi Halal di Galeri Dewi Motik

MAI adalah perkumpulan perempuan muslimah ilmuwan se-Indonesia, yang diketuai, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si yang kini juga sedang menjabat sebagai Rektor Insitut STIAMI.
Halal Bi Halal MAI di Galeri Demono, Milik Ibu Dewi Motik (Foto koleksi MAI, 24/4/2025)
Halal Bi Halal MAI di Galeri Demono, Milik Ibu Dewi Motik (Foto koleksi MAI, 24/4/2025)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Cuaca bersahabat di seputaran Menteng Jakarta Pusat, pada Kamis 24 April 2025, pukul 13.30.

Rumah Dr. Hj. Cri Puspa Dewi Motik, M.A., M.S -- yang biasa dipanggil Ibu Dewi Motik, tokoh perempuan pengusaha ternama Indonesia-- dikunjungi sekitar 25 Ibu-Ibu Pengurus Pusat (PP) dan Anggota Majelis Alimat Indonesia (MAI).

MAI adalah perkumpulan perempuan muslimah ilmuwan se-Indonesia, yang diketuai, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si yang kini juga sedang menjabat sebagai Rektor Insitut STIAMI.

Baca juga: Ice House Sportindo, Arena Olahraga Es Terbesar di Asia Tenggara Hadir di BSD City

Perkumpulan para perempuan ilmuwan ini memang bukan hanya terdiri dari perempuan akademisi yang aktif di berbagai kampus, namun juga perempuan aktivis di berbagai sektor kehidupan, baik di dunia pemerintahan maupun di organisasi kemasyarakatan.

Kunjungan MAI ini bertujuan untuk ber-Halal Bi Halal (HBH) sesama pengurus dan anggota MAI. Namun, bukan hanya sekedar makan-makan, giat HBH MAI diisi dengan kajian ilmiah yang menghadirkan Ibu Dewi Motik sebagai narasumber.

Sebelum masuk ke acara inti, kami dipandu oleh putri Sulung Ibu Dewi Motik, Moza Pramita, yang juga seorang model dan presenter ternama Indonesia.

Baca juga: 83 Tim Adu Gagasan Inovatif di Disjaya Innovation Week 2025

Moza Pramita mengawali ceritanya dengan mengajak Ibu-Ibu melihat bentangan lukisan linimasa perjalanan kehidupan Ibu Dewi Motik, sejak masa kecil hingga usianya 75 tahun pada saat Galeri Demono ini diresmikan setahun yang lalu.

Kami juga diperlihatkan lukisan Dewi Motik karya maestro pelukis Indonesia, Basuki Abdullah, pada April 1975, yang diberi judul “The Last Virgin”.

Penamaan tersebut menandai tahun terakhir masa gadisnya, karena pada tahun 1975 Dewi Motik menikah dengan Pramono Soekasno.

Nampaknya nama Galeri Demono adalah singkatan dari nama Dewi Motik Pramono. Galeri ini menjadi hadiah ulang tahun ke-75 Ibu Dewi Motik, dari putra-putrinya.

Baca juga: Beautiverse Digelar Perdana di Bali, Harmonisasikan Industri Kecantikan dan Kesehatan Holistik

Jika selama walkthrough para pengunjung menyaksikan pencapaian demi pencapaian Ibu Dewi Motik, di dalam ceramahnya Ibu Dewi Motik justru banyak menceritakan pengalaman pahit, suka duka, lika-liku dan perjuangan yang tak pernah selesai dalam menjalani kehidupan.

Sebagai anak perempuan dari delapan bersaudara, keluarga mendidiknya dengan keras dan disiplin. Ia dan tujuh saudara-saudaranya memang lahir dari keluarga yang berada, namun itu tidak membuat mereka hanya diberi fasilitas, tapi digembleng untuk disiplin, terutama dalam menjalankan shalat lima waktu.

“Di setiap acara makan bersama keluarga, Ayah meminta kami, anak-anaknya, untuk menjadi doktor. Bukan dokter profesi di bidang kesehatan, tetapi doktor, sebuah pencapaian akademis. Artinya, Ayah ingin anak-anaknya menjadi penuntut ilmu. Sejak kecil juga saya telah belajar berwiraswasta dan mandiri secara langsung dari Ayah dan Ibu," tutur Ibu Dewi Motik.

Baca juga: Kelurahan Cilangkap Depok Gelar Bina Keluarga Balita Emas, Dorong Peran Keluarga dalam Dukung Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Untuk memenuhi pesan Ayahandanya, Dewi motik, yang sebenarnya telah sukses sebagai model, sebagai perempuan enterpreneur, dan sangat aktif mewakili Indonesia di dalam forum-forum nasional maupun internasional, tetap berjuang menyelesaikan tahapan demi tahapan pencapaian akademis.

“Saya lulus Sarjana Pendidikan dari IKIP Jakarta dan Sarjana Seni Rupa di Universitas Florida, Miami, Amerika Serikat. Selanjutnya, karena saya ingin menjadi pendidik, saya berniat melanjutkan ke IKIP. Tetapi pengalaman yang saya temui tidak mudah. Saya malahan lulus master di Pendidikan pascasarjana di Bidang Pengkajian Ketahanan Nasional (PKN), UI. Alhamdulillah tahun 2022, saya mendapatkan gelar doktor di bidang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan diperolehnya dari Universitas Negeri Jakarta," urai Ibu Dewi Motik.

“Namun, gelar akademik tanpa implementasi di masyarakat, tidak sempurna. Kita harus berani turun melakukan pengabdian ke tengah masyarakat dan menjadikan ilmu sebagai cahaya yang menerangi,” lanjut Ibu Dewi Motik berapi-api," tambahnya.

Baca juga: Pemkot Depok Punya Program Gratiskan Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin

Prof. Prof. Dr. R. Yani'ah Wardani M.Ag, seorang Guru Besar UIN Jakarta, dan salah satu Wakil Ketua MAI, yang begitu kagum dengan kecantikan Ibu Dewi Motik, menanyakan “Apa resep atau kosmetik yang membuat Ibu Dewi Motik selalu cantik, dan bahkan wajahnya hingga saat ini tidak memperlihatkan usianya yang 75 tahun karena masih segar dan bersemangat?”

Jawaban Ibu Dewi Motik ternyata menggagetkan, “Saya hanya mengonsumsi jamu-jamuan dari tanaman herbal yang bisa diperoleh di pekarangan rumah. Saya juga biasa memakai bedak-bedak produk Indonesia saja.”

“Wah, luar biasa, paradoks dari apa yang selama ini saya kenal. Ibu Dewi Motik yang lahir di tengah keluarga kaya, tetap bekerja keras; memiliki wajah model, tetapi tetap cinta produk lokal," gumam Ade Solihat penuh kekaguman.

Baca juga: Seminar Awam Bicara Sehat RSUI: Kelainan Celah Bibir dan Lelangit serta Dampaknya Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Tidak terasa kurang lebih 2,5 jam, Ibu-Ibu MAI berinteraksi dengan sosok perempuan Indonesia yang luar biasa penuh talenta, penuh perjuangan, dan tak lelah menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Acara ditutup oleh Ketua Umum PP MAI, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si, dengan sebuah ajakan:

“Memang Ibu Dewi Motik tepat menjadi Dewan Penasihat MAI. Kita dapat meneladani perjalanan beliau, bagaimana di tengah kesuksesannya, beliau tetap menunjukkan sosok perempuan yang bersahaja, dan tetap menjalankan perannya di keluarga," guman Sylviana Murni.

Lanjut, Sylviana Murni, terinspirasi dari giat di Galeri Demono ini, maka MAI perlu merealisasikan agenda strategis, yaitu penyusunan dan penerbitan buku bertema perempuan, ketahanan nasional, energi, dan peradaban Islam, agar lebih banyak lagi jejak-jejak perempuan hebat di Indonesia tertulis dan menginspirasi banyak orang. (***)

Penulis: Ade Solihat/Pengurus PP MAI bidang Sosial-Budaya

× Image