Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun, Aktor Kawakan Ray Sahetapy Meninggal Dunia, Ini Jejak Karirnya

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun, aktor kawakan Ray Sahetapy meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya, Selasa (01/04/2025).
Kabar duka tersebut diumumkan anak laki-lakinya, Surya Sahetapy, melalui beberapa unggahan di media sosial (medsos) yang mengunggah foto bersama sang ayah di feed Instagram dan menuliskan pesan perpisahan.
"Selamat jalan, Ayah! @raysahetapy. Kami selalu menyimpan kenangan saat bersamamu," bunyi takarir Surya di Instagram.
"Titip salam cinta dan kangen ke kak Gisca!" tulisnya lagi.
Di Instagram Story, Surya mengunggah foto lawas Ray Sahetapy bersama anak perempuannya, Gisca Puteri Agustina Sahetapy.
"Inalillahi Wainna Ilahii Rojiuun. Titip salam cinta dan kangen ke Kak Gisca, Dad!"
Baca juga: Ola Ramlan Lebaran Tanpa Pasangan, Iklas dan Tetap Bersyukur
Kabar duka itu juga diumumkan Merdianti Octavia selaku menantu di medsosnya. Merdianti menikah dengan Rama Putra Sahetapy.
"Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, telah berpulang ayah, kakek kami Farence Raymond Sahetapy (Ray Sahetapy) bin Pieter Sahatapy pada pukul 21.04. Kami mohon doanya, mohon dimaafkan segala kesalahan," tulis Merdianti.
Ferenc Raymon Sahetapy kelahiran 1 Januari 1957 merupakan salah satu aktor paling populer dan disegani di era 80-an hingga 90-an.
Ray sering memerankan pria kompleks dengan nuansa dan karakter yang dalam. Karier beraktingnya membentang lebih dari empat dekade, penampilannya yang mengesankan termasuk yang paling diapresiasi saat itu, dalam film-film drama seperti Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987) dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).
Ia telah dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia 7 kali, dan 6 di antaranya untuk Aktor Terbaik, dan memegang rekor nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.
Baca juga: Libur Lebaran 2025, TMII Hadirkan Festival Kebudayaan
Masa kecilnya dihabiskan di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia di Surabaya. Sejak remaja, Ray bercita-cita menjadi aktor. Demi mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok.
Pria berdarah Maluku ini menikah dengan aktris Dewi Yull pada 16 Juni 1981, tanpa restu dari orang tua Dewi, karena perbedaan agama (pada saat itu Dewi beragama Islam dan Ray beragama Kristen). Kemudian, Ray memutuskan untuk menjadi seorang mualaf pada tahun 1992.
Pasangan ini mempunyai 4 orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982— meninggal dunia pada 2010), Rama Putra Sahetapy (1992), Surya Sahetapy (1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (2000).
Sayangnya, Dewi memilih untuk menolak poligami sehingga memutuskan untuk menggugat cerai Ray. Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta.
Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004. Ray menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004. Sedangkan Dewi Yull menikah dengan Srikaton pada 2008.
Baca juga: Kesendirian Nikita Mirzani, Rayakan Lebaran di Balik Jeruji Besi
Film perdananya dirilis pada tahun 1980 dengan judul Gadis yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup. Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.
Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989.
Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).
Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran. Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater di sana.
Mslalu anggarnya ini, Ray pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Baca juga: Orang Tuanya dengan Sombong Sempat Tolak Anaknya Main di Timnas, Kini Siap Tampil Lawan China
Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka. Bahkan, kongres PARFI pada tahun 2006 memilih Ray menjadi salah satu ketuanya.
Kepiawaiannya di dunia peran, sempat membawa karir akting Ray mendunia. Ia sempat menjalani syuting untuk peran juru lelang dalam Captain America: Civil War (2016).
Penunjukannya ikut bermain merupakan bentuk kepercayaan. Namanya dikenal lewat salah satu film yang popularitasnya mendunia, The Raid (2012).
Dalam beberapa tahun terakhir, Ray Sahetapy membintangi sejumlah film, seperti Nagabonar Reborn dan Darah Daging pada 2019, Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 dan 100% Halal pada 2020, serta Jin Khodam dan Kutukan Peti Mata pada 2023. (***)