Home > Lingkungan

Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia, Agroforestri Mengenal Restorasi Lahan Gambut

Tujuan utama Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menanam dan merawat pohon.
Peringati Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Peringati Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Peringati Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia, yang dirayakan setiap 10 Januari, tepatnya di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

Belantara Foundation bekerja sama dengan Jejakin, Gojek, One Tree Planted dan Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Wono Lestari mengembangkan program Sumatera Peatland Restoration, yakni perlindungan dan pemulihan atau restorasi lahan gambut melalui agroforestri.

Pada tingkat global, peringatan ini dilakukan pertama kali pada 10 Januari 1872. Pada tingkat nasional, peringatan Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia dilakukan pertama kali di Indonesia pada 10 Januari 1993 masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Tujuan utama Hari Gerakan Sejuta Pohon Sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menanam dan merawat pohon.

Hal itu sebagai salah satu aksi pelestarian alam dan lingkungan hidup yang ada di lingkungan sekitar.

Sampai saat ini, program yang telah berjalan sejak pertengahan tahun 2022, mengimplementasi penyiapan dan penguatan kapasitas kelompok masyarakat, penyiapan bibit dan lahan, penanaman dan perawatan bibit tanaman multi manfaat sebanyak kurang lebih 32.392 bibit pada lahan seluas 45 hektar, pembangunan kebun bibit dan pondok kerja, serta melakukan monitoring dan evaluasi program.

Didukung oleh Jejakin, program ini telah menanam sebanyak 15.112 bibit, di lahan seluas 15 hektar. Adapun jenis bibit yang ditanam mencakup tanaman multi-purpose tree species (MPTS) seperti Pinang (Areca catechu), Nangka (Artocarpus heterophyilus), Jengkol (Archidendron pauciflorum), dan Kopi Robusta (Coffea canephora).

Desa Jati Mulyo dipilih karena merupakan wilayah perhutanan sosial (Hutan Kemasyarakatan / HKm) seluas 93 hektar.

Lokasi Desa Jati Mulyo berdampingan dan berdekatan dengan Hutan Lindung Gambut Londrang yang merupakan bagian dari salah satu kawasan hidrologi gambut penting di Provinsi Jambi.

Beberapa kawasan di desa ini juga rentan terhadap kebakaran lahan gambut karena air permukaan yang lebih kering dan dekomposisi tanah gambut.

Dengan demikian, mengembangkan program restorasi lahan gambut yang terdegradasi juga akan memperbaiki kondisi air dan mengurangi bahaya kebakaran di kawasan ini.

Selain itu, Desa Jati Mulyo dipilih untuk mendukung masyarakat dalam memperoleh manfaat jangka panjang dari lahan gambut. Dengan lebih dari 630 jiwa dan 230 Kepala Keluarga, program ini diharapkan memberikan dampak sosial-ekonomi yang berkelanjutan.

Sementara Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr Dolly Priatna mengatakan bahwa melalui skema perhutanan sosial, masyarakat lokal di Indonesia dapat memiliki hak untuk mengelola dan memanfaatkan, yang secara bersamaan dapat berkontribusi dalam memulihkan kawasan hutan.

Skema ini menawarkan kondisi yang memungkinkan untuk restorasi lahan gambut secara jangka panjang, tidak hanya selaras dengan agenda global dalam mitigasi perubahan iklim tetapi juga mampu mendorong peningkatan sosial-ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan.

Salah satu cara untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pemulihan lahan gambut terdegradasi adalah dengan mengajak mereka menanam jenis tanaman agroforestri atau MPTS (Multi Purpose Tree Species) di lahan gambut terdegradasi.

"Selain tanaman agroforestri ini menyediakan banyak manfaat bagi masyarakat, antara lain sebagai sumber pangan, membantu dalam mengatur hidrologi, meningkatkan — biomassa, memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan produktivitas lahan yang terdegradasi, juga dapat meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya restorasi karena mereka akan mendapatkan manfaat langsung," jelas Dolly, yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Sedangkan Chief Growth Officer Jejakin, Sudono Salim mengatakan “Jejakin berkomitmen untuk mendukung program restorasi lahan gambut dengan menciptakan solusi keberlanjutan lingkungan berbasis teknologi.

Dengan melibatkan masyarakat dalam penanaman tanaman agroforestri, kami tidak hanya berkontribusi pada pemulihan ekosistem yang rusak, tetapi juga mendorong keberlanjutan ekonomi lokal".

Selain itu, teknologi dari Jejakin memungkinkan monitoring pertumbuhan pohon yang ditanam secara real-time, sehingga memastikan transparansi dan keberlanjutan dalam program ini.

"Kami percaya, inovasi teknologi dan kolaborasi yang kuat adalah kunci untuk mencapai dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, ” ujarnya.

Disisi lain, Ketua Gapoktanhut Wono Lestari, Riyanto mengatakan bahwa program restorasi lahan gambut melalui agroforestri berbasis masyarakat yang dikembangkan bersama Belantara Foundation, Jejakin dan Gojek ini sangat membantu masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola lahan gambut yang terdegradasi secara lestari dan berkelanjutan untuk pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami sangat berterima kasih kepada Belantara, Jejakin dan Gojek serta semua pihak yang konsisten memberikan pendampingan dan dukungan hingga saat ini. Semoga program berkelanjutan ini dapat memberikan manfaat serta berdampak positif bagi kelestarian lingkungan dan masyarakat di desa kami," ungkap Riyanto. (***)

Reporter: Bambang Ipung Priambodo

× Image