Pendeteksi Gempa Ewas Karya Ahli Kebumian UI Ditempatkan di Serang
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Guna membantu mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami, maka para peneliti dari dunia akademik tertantang untuk memberi sumbangsih sesuai bidang keilmuannya.
Begitu pula dengan para dosen dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini. Mereka tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang mengunjungi Kampung Pasuruan, Desa Umbul Tanjung, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Di sana, mereka menyerahkan tiga unit alat pendeteksi gempa bumi, Earthquake Warning Alarm System (EWAS) yang dikembangkan oleh para ahli kebumian dari Departemen Geosains FMIPA UI.
Tiga unit alat pendeteksi gempa bumi tersebut dipasang di tiga titik lokasi, yaitu Masjid Al-Magfiroh, Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah, dan Kantor Desa Umbul Tanjung, dengan jarak antar titik sekitar 300 meter.
Sebelumnya, EWAS juga telah dipasang di berbagai daerah di Indonesia, seperti Banyuwangi, Sukabumi, Ambon, dan Lombok. Sistem ini dirancang untuk memberikan peringatan dini terhadap gempa bumi.
“Kegiatan pengmas ini merupakan bentuk kontribusi kami kepada warga Desa Umbul Tanjung. Berdasarkan data dari Geographic Information System (GIS) Dukcapil tahun 2023, jumlah penduduk Desa Umbul Tanjung mencapai 5.052 jiwa, mayoritasnya adalah nelayan, mengingat posisi desa yang berada di Selat Sunda,” Ketua Tim Pengmas FMIPA UI, Dr Eng Supriyanto dalam keterangan yang diterima, Ahad (24/11/2024).
Menurut Supriyanto, Selat Sunda yang terletak di antara Pulau Jawa dan Sumatra, dikenal sebagai wilayah dengan potensi gempa bumi yang tinggi.
Hal ini disebabkan oleh pertemuan dua lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, yang aktif bergerak dan bertumbukan.
“Potensi gempa di Selat Sunda perlu mendapat perhatian serius karena wilayah ini dekat dengan banyak pemukiman padat penduduk dan destinasi wisata pantai,” terangnya.
Ia juga mengingatkan peristiwa tsunami dahsyat pada 22 Desember 2018 yang diakibatkan oleh letusan Anak Krakatau, yang menghantam pesisir Banten. Tsunami tersebut menyebabkan 426 orang tewas, 7.202 orang terluka, dan 23 orang hilang.
Untuk itu, dengan keberadaan EWAS diharapkan dapat membantu masyarakat Desa Umbul Tanjung dan pemerintah setempat dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami.
Sistem ini bekerja dengan mengirimkan sinyal peringatan secara otomatis dan cepat ketika terjadi guncangan gempa. Sinyal berupa bunyi sirine keras ini akan terdengar dalam waktu kurang dari 5 detik setelah gempa terjadi.
“Dengan adanya EWAS, masyarakat tidak perlu menunggu pesan SMS atau WhatsApp yang baru diterima 5 hingga 10 menit setelah gempa. Begitu alarm berbunyi, masyarakat harus segera keluar bangunan dan menuju tempat yang lebih aman,” terang Dr Eng Supriyanto.
Pengmas yang dilakukan pada Kamis (17/10/2024) ini, Dr Eng Supriyanto melakukan kunjungan bersama dengan tim yang terdiri atas Adde Nugroho, ST dan Ari.
Sementara itu, Sekretaris Desa Umbul Tanjung, Oman HM, menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan oleh tim Pengmas FMIPA UI.
Ia berharap dengan adanya EWAS, kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman gempa bumi dapat meningkat 24 jam sehari. Dengan demikian, diharapkan jumlah korban jiwa akibat runtuhan bangunan dapat diminimalkan.
“Kami juga berharap kehadiran EWAS ini tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga memberi edukasi kepada warga tentang pentingnya mitigasi bencana dan langkah-langkah yang harus diambil ketika terjadi bencana,” harap Oman. (***)