Hasil Studi: Program Bantuan Benih Jagung Melemahkan Keberlanjutan Pertanian
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK - Hasil penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan Prisma mengungkapkan bahwa ketergantungan petani jagung pada benih bantuan berisiko melemahkan keberlanjutan pertanian. Bahkan, dapat menurunkan produktivitas jangka panjang jika tidak disertai strategi transisi yang tepat. Upaya penargetan penerima sasaran yang lebih tepat dipercaya dapat mendukung petani untuk dapat mengakses benih secara mandiri serta meningkatkan kesejahteraan mereka.
Aditya Alta, Kepala Peneliti CIPS mengemukakan penelitian tersebut menemukan bahwa petani yang membeli benih secara mandiri mencapai produktivitas yang lebih tinggi daripada yang bergantung sepenuhnya pada bantuan benih.
“Program bantuan benih jagung sebaiknya menjadi solusi sementara, bukan permanen. Diperlukan transisi menuju pembelian benih mandiri agar keberlanjutan sektor pertanian terjaga,” ujar Aditya Alta di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Studi itu juga menyoroti praktik baik di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Sumenep dan Jawa Tengah, yang telah menggunakan dataset status pasar jagung untuk mengoptimalkan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani.
Dataset yang dimaksudkan di sini adalah pemanfaatan data areal panen, produktivitas, hingga keberadaan aktor sepanjang rantai nilai jagung di suatu daerah untuk menunjang program bantuan agar lebih tepat sasaran dan mendorong akses terhadap benih yang berkelanjutan.
CEO Prisma, Mohasin Kabir, menegaskan pentingnya pelaksanaan program bantuan benih yang dapat membangun pasar secara berkelanjutan.
“Akses berkelanjutan ke benih berkualitas dan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) merupakan kunci peningkatan produksi jagung dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Langkah-langkah rekomendasi terhadap program bantuan benih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas jagung di tingkat nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia.
Sebagai solusi, CIPS dan Prisma merekomendasikan sejumlah langkah, salah satunya adalah dengan menyelaraskan tujuan bantuan dengan skema pengembangan jagung ke dalam rancangan induk nasional. Selain itu, program bantuan juga perlu memperkuat mekanisme penargetan penerima bantuan yang tepat berdasarkan status pasar. Sinkronisasi pendampingan dari pemerintah dan sektor swasta bagi petani dalam menerapkan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) juga penting untuk terus dilakukan. ***