Home > Nasional

Pengamat Ungkap Sembilan Perubahan Joko Widodo di Akhir Masa Jabatannya

Sembilan hal itu menggambarkan masih banyak janji Jokowi yang belum terpenuhi.
Presiden Joko Widodo. (Foto: Dok REPUBLIKA)
Presiden Joko Widodo. (Foto: Dok REPUBLIKA)

RUZKA INDONESIA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak banyak berubah saat awal menjadi presiden dan saat akan lengser.

Setidaknya ada sembilan hal yang terlihat bahwa Jokowi sudah berubah drastis.

Hal itu diungkapkan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M Jamiluddin Ritonga kepada RUZKA REPUBLIKA, Jumat (16/08/2028).

"Pertama, Jokowi di awal pemerintahan paling semangat bicara revolusi mental. Saat ini, Jokowi sudah tak pernah lagi mengucapkan istilah tersebut," ungkap pengamat yang biasa disapa Jamil ini.

Saat ini degradasi mental justru semakin mengemuka. KKN semakin menggila, bahkan menyentuh istana.

"Dua, Jokowi kerap blusukan di awal pemerintahannya. Ia rajin menemui dan mendengarkan keluhan warga tak mampu. Ia juga rajin membagikan sembako kepada rakyat miskin," lanjutnya.

Sekarang pemandangan seperti itu sudah tak terlihat. Jokowi sekarang lebih sibuk mengurus IKN daripada menemui rakyat tak mampu.

"Tiga, Jokowi dulu kerap berjanji pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meroket. Perumbuhan ekonomi akan 7 persen. Sekarang istilah itu sudah tak terdengar lagi," jelasnya.

Pertumbuhan ekonomi pun tak pernah meroket seperti yang dijanjikannya.

Nyatanya, pertumbuhan ekonomi hingga saat ini tak pernah mencapai 5,5 persen.

"Empat, Jokowi berapi-api menjanjikan swasembada pangan. Saat ini istilah itu tak pernah didengungkan kembali. Impor bahan pangan justru semakin meningkat," imbuhnya.

"Lima, dulu Jokowi berjanji akan menjadi hukum sebagai panglima. Hukum, katanya akan ditegakkan tanpa pandang buluh. Sekarang hal itu sudah tak terdengar lagi. Hukum justru sekarang jadi sorotan masyarakat. Hukum dinilai berpihak ke penguasa, bukan pada keadilan," kata Jamil.

Jokowi dulu bahkan mengampanyekan penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai soko guru pemberantasan korupsi di Indonesia. Sekarang, kampanye itu sudah meredup. KPK bahkan dinilai menjadi lembaga yang lemah.

"Enam, Jokowi dulu selalu mengingatkan hidup hemat. Sekarang hal itu sudah tak terucap lagi," taandasnya.

Justru Jokowi sekarang bicara sebaliknya. Kasus pembengkakan anggaran untuk upacara 17 Agustus 2024 di IKN dinilainya wajar. Jokowi sudah tidak melihat lagi pengeluaran anggaran dari sisi hemat.

"Tujuh, dulu Jokowi berapi-api akan menuntaskan kasus HAM masa lalu. Hal itu saat ini sudah tak terdengar lagi diucapkan Jokowi," ungkapnya.

"Delapan, Jokowi banyak menyampaikan pentingnya Tol Laut. Bahkan Jokowi berjanji akan membangun Tol Laut dari Aceh hingga Papua," sambungnya.

Sekarang, Jokowi praktis tak terdengar lagi mendengungkan Tol Laut. Isu itu seolah hilang dihembuskan angin laut.

"Sembilan, Jokowi berjanji membenahi Jakarta, termasuk macet dan banjir. Hal itu saat ini tak pernah didengungkan lagi oleh Jokowi," papar Jamil.

Jokowi belakangan ini justru sibuk membangun IKN. Persoalan dan pembenahan Jakarta tak lagi menjadi pembicaraan Jokowi.

Sembilan hal itu menggambarkan masih banyak janji Jokowi yang belum terpenuhi. Melihat sisa waktu masa Jokowi menjabat, tampaknya janji itu tidak akan dapat dipenuhinya.

"Selain itu, perubahan tersebut juga menggambarkan tindakan Jokowi lebih diarahkan untuk pencitraan. Tindakan lebih banyak untuk kepentingan politik, bukan tindakan asli Jokowi," pungkas Jamil. (***)

Penulis: S Dwiyantho Putra

× Image