Jalur Rempah Bukti Indonesia Negara Adidaya Budaya
RUZKA INDONESIA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan penelusuran Jalur Rempah melalui kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) menjadi langkah bahwa Indonesia merupakan negara adidaya budaya.
“Ini kesempatan untuk menyebarluaskan informasi tentang potensi kekayaan Jalur Rempah. Ini menjadi bukti Indonesia adalah negara adidaya budaya dengan seluruh potensi yang terus dilestarikan hingga ke mancanegara,” kata Direktur Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti dalam keterangan di Jakarta, Senin (24/6/2024).
Irini menuturkan MBJR menjadi upaya berbagi informasi perdagangan rempah dan budaya Nusantara, sekaligus mendukung Jalur Rempah sebagai salah satu jalur pelayaran dunia yang ke depannya akan dinominasikan sebagai Tentative Lists UNESCO.
Salah satu daerah menjadi Jalur Rempah adalah Sabang, yakni saat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci pada 70 tahun lalu hadir untuk pertama kalinya di perairan Nusantara.
Kala itu pada 1954 KRI Dewaruci dinahkodai komandan pertamanya yang bernama Roosenow, seorang pensiunan militer Jerman Barat dan Teluk Sabang di Pulau Weh, Aceh, menjadi kota pertama di Tanah Air yang disambangi KRI Dewaruci saat itu.
Kini, sejarah kembali terulang karena KRI yang memiliki tiga tiang utama, 16 layar, dan memiliki panjang kapal 58,30 meter dan lebar 9,5 meter tersebut, kembali menyambangi perairan Aceh tepatnya di Pelabuhan CT-1 Kota Sabang.
Penjabat (Pj) Walikota Sabang Reza Fahlevi mengatakan momentum ini menjadi pengingat generasi muda bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam perdagangan rempah di masa dahulu.
Salah satunya titik penting adalah Sabang yang berperan dalam perdagangan cengkeh dan rempah-rempah lain yang menjadi komoditas utama dan menambah khazanah perdagangan rempah pada masa itu.
Kota Sabang, lanjut Fahlevi, memiliki sejarah yang erat dengan Jalur Rempah, karena wilayah ini menjadi salah satu pelabuhan penting di Jalur Rempah yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa dan Asia.
Sabang juga pernah menjadi pusat karantina haji, tempat persinggahan kapal-kapal dari berbagai negara untuk mengisi bahan bakar, persediaan air dan makanan, serta berdagang.
Jalur Rempah di Sabang tidak hanya bercerita tentang perdagangan, tetapi juga aktivitas pertukaran budaya dan peradaban karena melalui Jalur Rempah terdapat berbagai budaya dan tradisi dari bangsa-bangsa saling bertemu dan berakulturasi.
Selanjutnya dari sisi geografis, Kota Sabang sangat strategis karena sangat dekat dengan Puket dan Langkawi, serta berada di jalur perairan internasional sehingga hampir 100 ribu kapal melintas setiap tahun. **