Sekjen PBB Dorong Penyelidikan Independen Terhadap Pembunuhan Massal di Gaza
Ruzka.Republika.co.id - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan perlunya penyelidikan independen terkait insiden pembunuhan lebih dari 100 pencari bantuan kemanusiaan di Gaza. Pasukan Israel membuka tembakan ke arah warga yang menunggu konvoi bantuan kemanusiaan di dekat Kota Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 700 lainnya terluka dalam peristiwa yang terjadi pada Kamis (29/2/2024). Israel membantah jumlah korban yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, menyatakan bahwa korban tewas merupakan korban tabrak dan terinjak oleh truk bantuan.
Menghadapi pertemuan negara-negara Karibia di Saint Vincent dan Grenadine, Guterres menyatakan rasa "terkejut" atas episode terbaru konflik Israel di Gaza yang telah menelan lebih dari 30 ribu nyawa warga Palestina. Menyikapi kegagalan resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan PBB, Guterres menyoroti dampak buruk dari perpecahan geopolitik yang telah "mengubah kekuatan veto menjadi instrumen yang melumpuhkan tindakan Dewan Keamanan."
"Saya yakin kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan dan pembebasan sandera tanpa syarat serta perlunya Dewan Keamanan yang efektif dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut," ujar Guterres pada Jumat (1/3/2024).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban tewas dalam serangan Israel di Gaza mencapai 30.500 orang. Angka tersebut mencakup 115 korban yang tewas akibat tembakan tentara Israel saat mereka menunggu bantuan kemanusiaan di Bundaran Nabulsi, dekat Kota Gaza.
Serangan udara, laut, dan darat Israel telah menghancurkan infrastruktur di Gaza, menjadikannya puing-puing. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya terpaksa mengungsi, dengan banyak yang harus mengungsi berulang kali.
Bantuan kemanusiaan ke utara Gaza seringkali terhambat dan tidak teratur karena harus melewati zona militer yang aktif. Para warga di daerah tersebut dilaporkan mengalami kelaparan, dengan video menunjukkan keputusasaan mereka mengelilingi truk-truk pasokan.
PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya telah mengkritik Israel karena menghalangi upaya mereka untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke utara Gaza, serta membatasi pergerakan dan komunikasi. Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA, menyatakan bahwa jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza turun sebanyak 50 persen.
"Kami menghadapi ancaman kelaparan, kelaparan yang parah, bahkan beberapa kasus kelaparan akut," katanya.