Home > Galeri

Berjualan Sapi Kurban Demi Meraih Gelar Doktor

Semenjak lulus sekolah SMA di kampung, sudah merantau ke Lombok dan Jakarta.
Furkan Sangiang sedang merawat sapi-sapi asal Bima yang akan dijual untuk kurban.

ruzka.republika.co.id--Bercita-cita dapat berguna bagi orang banyak dan menjadi Dosen ini, Furkan Sangiang yang akrab disapa Furkan ini, melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar doktor (S3) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta, Fakultas Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Di usianya baru 34 tahun, pria kelahiran Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) ini semenjak lulus sekolah SMA di kampung, sudah merantau ke Lombok dan Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi.

Dari semangatnya itu, Furkan terpilih menjadi Wasekjen PB HMI di Jakarta Pusat tahun 2019. Setelah itu juga dipilih menjadi Sekretaris Badan Musyawarah Masyarakat Bima (BMMB) Kota Depok, yaitu organisasi yang menaungi seluruh warga Bima yang ada di Kota Depok.

"Terpilihnya saya di dalam kepengurusan BMMB Kota Depok, selain saya berasal dari Bima sebagai putra daerah dipercayakan untuk menjadi sekretaris yang beranggotakan sebanyak 7-8 ribu jiwa orang Bima yang ada di Kota Depok," ujar Furkan saat di Kandang Berkah Bersama kawasan Grand Depok City (GDC), Pancoran Mas, Kota Depok, Rabu (31/05/2023).

Bapak dua orang anak kembar laki-laki dari istri Raf'ah (32) ini alasan ikut berdagang sapi asal Bima NTB adalah usaha tahunan untuk dapat membantu menopang ekonomi keluarga sekaligus untuk membantu membiayai kuliah S3.

"Mulai masuk kuliah S3 di tahun 2020 bertepatan dengan pandemi Covid-19. Ditambah juga kena PHK dari pekerjaan setelah itu sempat kesulitan ekonomi bahkan kuliah sempat mau cuti," katanya.

Furkan yang hobi membaca dan berdiskusi ini untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dalam keluarganya tersebut juga sempat berjualan madu Bima, warung sembako namun usaha yang baru dijalankan beberapa bulan tersebut tidak bertahan lama.

"Alhamdullilah akhirnya saat ini dipercayakan oleh para petani peternak sapi di Bima diangkat menjadi pengelola manager pemasaran Kandang Berkah Bersama setiap tahun saat Idul Adha untuk memasarkan sapi-sapi asal Bima buat kurban," ungkapnya.

Mulai menjalankan tanggung jawab menjual sapi qurban asal NTB, Furkan awal menjalankan bisnis sapi tahun 2020 mulai pengiriman pertama sebanyak 40 ekor, di tahun 2021 nambah menjadi 60 ekor, dan 2022 karena ada penyakit PMK hanya dikirim 30 ekor, dan saat ini 2023 bertambah banyak menjadi 110 ekor sapi.

"Jenis sapi yang dikirim asli Bima diambil dari para petani lokal. Ada juga jenis sapi limosin yang dijual," ungkap Furkan.

Sebagai calon doktor Furkan bekerja di kandang sapi tidak merasa malu. Pasalnya menurut Furkan mau belajar dan proses kerjaan bukan terlihat keadaan seperti dilihatnya nyaman.

"Sebagai putra daerah kelahiran Bima, ingin sekali menolong para petani lokal untuk dapat menambah perekonomian melalui berjualan sapi kurban. Selain itu ini juga sesuai jurusan yang diambilnya," jelasnya.

Sementara itu kendala yang ditemukan saat berjualan sapi, lanjut Furkan terkadang suka terjadi salah komunikasi. Sapi yang dijual mulai dari harga terendah Rp. 15 juta dan tertinggi mencapai Rp. 40 juta.

Pembagian Waku

Dalam melakukan pembagian waktu kuliah dengan dagang sapi kurban, Furkan menjalaninya sudah diatur waktu sedemikian dengan menyelesaikan tugas kuliah di kandang.

"Alhamdulillah proses kuliah sudah selesai tinggal promosi doktor dan wisuda, kemarin pas sapi-sapi dua hari masuk kandang bertepatan saya ujian tertutup dan Alhamdulillah lulus. Saya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan membawa laptop di kandang. Sambil sesekali belajar juga mengawasi kandang sekaligus mengontrol sapi-sapi supaya sehat dan gemuk dengan menjaga pola makan yang dikasihkan oleh para petani," paparnya.

Ia berharap dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Juga bagi pemerintah provinsi NTB Pusat dan Jabodetabek dapat ikut andil dalam membantu mempromosikan sapi Bima untuk dipasarkan.

"Terkadang untuk fasilitas armada juga masih terbatas dalam pengangkutan sapi dari asal daerah. Akibat dari permasalahan ini tidak sedikit sapi-sapi yang dipotong di jalan karena lamanya kapal pengangkut dari penyebrangan menunggu sampai berhari-hari," ucap Furkan. (Rusdy Nurdiansyah)

× Image