Ini Berbagai Tips Atasi Kesehatan Jiwa ODHIV dan ODHA
ruzka.republika.co.id--RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian Seminar Awam Bicara Sehat pada Selasa (14/03/2023) lalu. Seminar bertajuk Pentingnya Self Love dan Berpikir Rasional pada ODHIV dan ODHA. Permasalahan HIV AIDS yang ada di Indonesia sudah menjadi permasalahan nasional bahkan di tingkat global.
Saat ini bagi masyarakat di Indonesia isu HIV AIDS masih menjadi isu yang sensitif, dengan situasi yang demikian maka tidak dipungkiri bahwa masih tinggi stigma dan diskriminasi terkait HIV AIDS di masyarakat.
Hingga saat ini kasus HIV AIDS di Indonesia masih terus meningkat dan pada saat ini jumlah orang yang pernah didiagnosis terinfeksi HIV meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Peningkatan ini sejalan dengan makin banyaknya masyarakat yang sadar dan melakukan tes HIV.
Menurut data Kemenkes, sejak 2009 hingga Maret 2012, terdapat kasus HIV AIDS sebanyak 466.978 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Kesehatan mental merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Setiap orang memerlukan dukungan mental untuk mewujudkan wellbeing atau sehat paripurna.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di RSUI, dr Rayinda Raumanen Mamahit, Sp.KJ memberikan berbagai tips terkait kesehatan jiwa di antaranya cara menerima kondisi yang ada. Hal ini memang sulit, apalagi terjadi pada teman-teman ODHIV dan ODHA yang baru menerima status positif HIV ataupun HIV.
"Mereka akan mengalami fase tidak menerima (denial), fase depresi, dan bahkan fase bergaining atau menawar kondisi dan akan berputar pada fase-fase tersebut saja dan akan sulit untuk berpikir rasional," ujar Rayinda dalam Seminar Awam Bicara Sehat RSUI yang dilaksanakan secara during dan luring dengan peserta 60 orang.
Rayinda menjelaskan, tips untuk keluar dari zona tersebut dan berpikir rasional adalah dengan mencari tahu kembali apa yang membuat nyaman berada di dunia ini dan tujuan hidupnya. "Memang rasanya kalau mendengar berita seperti itu, tujuan hidup sepertinya langsung tidak ada. Jika hal ini berlangsung lama sudah membutuhkan bantuan profesional untuk menarik dari keadaan tersebut," terangnya.
Menurut Rayinda bahwa batas maksimum seseorang sudah membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi keadaan ini dapat dilihat dari 3 aspek. Aspek pertama yaitu performance ditandai dengan terbengkalainya tugas-tugas yang dijalani, tidak bisa fokus, dan sudah dapat melakukan tugas dengan baik.
Aspek yang kedua yaitu relasi, ditandai dengan adanya menarik diri serta tidak mau bertemu orang lain bahkan tidak ada keinginan untuk berinteraksi dengan orang yang disayangi.
"Aspek ketiga yaitu kegiatan harian, ditandai dengan hilangnya keinginan untuk melakukan kegiatan dasar setiap hari seperti tidak mau mandi, makan, dan lain-lain. Satu hal lagi terkait keluhan fisik juga menjadi tanda batas maksimum seseorang memerlukan bantuan profesional," pungkasnya. (Rusdy Nurdiansyah)