4 dari 10 Remaja Putri Menderita Anemia, FKUI Beri Edukasi Penangkalannya
ruzka.republika.co.id--Sampai dengan saat ini, angka penderita anemia di Indonesia terbilang cukup tinggi terutama di kalangan remaja putri. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Litbangkes Kemenkes RI tahun 2018, prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 32 persen.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa tiga sampai empat dari sepuluh remaja puteri di Indonesia menderita anemia. Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah malnutrisi, baik karena defisiensi besi maupun karena kecacingan, khususnya di daerah dengan sanitasi rendah dan akses terhadap air bersih yang terbatas.
Jika dibiarkan, anemia berisiko memengaruhi kesehatan remaja, misalnya gangguan pada kesehatan jantung, paru, kehamilan, tumbuh kembang, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat menghambat perkembangan mereka untuk produktif, kreatif, dan berdaya saing di masa depan.
Melihat kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat (pengmas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melakukan kegiatan penyuluhan terkait dengan bahaya anemia dan cacingan di SMP Negeri Satu Atap, Desa Pantai Bakti, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Sebanyak 83 siswi diikutsertakan dalam penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan yang berlangsung secara berkala sejak Juli hingga Oktober 2022.
“Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong kami pilih sebagai lokasi pengmas karena merupakan salah satu daerah pesisir di area Jabodetabek dengan kondisi lingkungan dan penduduk yang cukup memprihatinkan," ujar dr. Isabella Kurnia Liem, M.Biomed, Ph.D, P.A., selaku Ketua Tim Pengmas yang juga merupakan dosen dari Departemen Anatomi FKUI dalam keterangannya yang diterima, Kamis (03/11/2022).
Lanjut dia, penduduk umumnya berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat pendidikan serta pengetahuan akan kesehatan yang rendah. Kedua faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi anak dan keluarganya.
"Ketidakcukupan gizi dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan salah satunya anemia. Berdasarkan infomasi dari pihak Puskesmas Muara Gembong, masih banyak remaja putri yang mengalami anemia di Desa Pantai Bakti sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut,” terang Isabella.
Kegiatan pengmas yang dilakukan, meliputi penyuluhan terkait penyakit anemia yang disampaikan oleh dr. Rahmadini, M.Biomed dari Departemen Anatomi FKUI dan pemeriksaan kesehatan berupa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar hemoglobin darah.
Selain itu, dilakukan pula wawancara tentang pola makan dan keluhan penyakit yang sering diderita. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa rata-rata siswi SMP Negeri Satu Atap Muara Gembong memiliki kebiasaaan tidak sarapan dan makanan yang dikonsumsi cenderung kurang memenuhi standar gizi sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh untuk usia remaja.
Kegiatan selanjutya adalah pemeriksaan penapis kecacingan dan penyuluhan tentang anemia dan kaitannya dengan kecacingan oleh dr. Sri Wahdini, M.Biomed, Sp. Akp dari Departemen Parasitologi FKUI.
Dalam kegiatan pengmas tersebut, turut hadir Kepala Sekolah SMP Negeri Satu Atap Muara Gembong, H. Noto Suprapto, S.Pd, MM., beserta beberapa guru lainnya.
"SMP Negeri Satu Atap Muara Gembong sangat senang dengan kedatangan Tim Pengmas FKUI. Penyuluhan yang diberikan kepada siswi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anemia dan pencegahannya karena para siswi adalah calon ibu di masa depan,” tutur Noto.
Pengmas ini didukung oleh pendanaan Hibah PPM (Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) Universitas Indonesia, Indomaret, dan Bank Mandiri. Diharapkan, melalui pengmas ini pengetahuan para siswi SMP Negeri Satu Atap Muara Gembong meningkat dan siswi dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Selain itu, beberapa guru dan siswi juga dipilih dan dibina untuk menjadi kader kesehatan sekolah agar dapat melaksanakan penanggulangan anemia dan mengawasi penerapan PHBS secara berkelanjutan di lingkungan sekolah. (Rusdy Nurdiansyah)