Home > Gaya Hidup

Butuh Peran Orang Tua Agar Anak Tidak Candu Game Online

Kecanduan Game Online Mengarah pada Masalah Mental Emosional
Eko Pamuji, Sekretaris PWI Jatim
Eko Pamuji, Sekretaris PWI Jatim

ruzka.republika.co.id - Adiksi game online adalah ketergantungan individu secara berlebihan terhadap game online. Umumnya ingin melakukan secara terus-menerus. Akibatnya menimbulkan efek negatif pada fisik maupun psikologis individu.

Individu yang memperlihatkan gejala kecanduan game online mengarah pada masalah mental emosional. Adiksi game online dapat menyebabkan distorsi waktu, kurang perhatian, hiperaktif, tindakan kekerasan, emosi negatif, dan perilaku agresif.

Peran bimbingan orang tua dan guru di sekolah diperlukan untuk mereduksi adiksi kecanduan game online pada remaja. Bisa melalui pelayanan konseling di antaranya; konseling individual dengan menggunakan teknik rasional emotif terapi dan konseling kelompok dengan pendekatan Cognitif Behavior Teraphy (CBT).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan SiberKreasi menggelar program webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema“Adiksi Game Online. Kegiatan ini untuk memberikan bekal kepada anak-anak agar tidak terjerumus dalam permainan game online secara berlebihan.

Eko Pamuji, Sekretaris PWI Jatim, mengatakan game online hadir karena terjadinya budaya digitalisasi. Kebiasaan-kebiasaan baru yang ditawarkan kepada generasi baru menjadikan game online tidak asing dimainkan oleh anak-anak yang masih usia belia.

"Harus ada pembiasaan baru kepada anak-anak kita sebagai penerus bangsa, agar mereka tidak kecanduan bermain game online. Didiklah dan ajarkan kepada anak membatasi waktu dalam bermain game online. Carikan hal baru agar menjadi hobi yang baru untuk mereka,” ujar Eko Pamuji.

Pernyataan itu diperkuat oleh Desra, selaku Key Opinion Leader. Menurutnya game online bisa membuat seseorang menjadi konsumtif dan lupa waktu.

Tetapi game online juga dapat membuat seseorang jauh lebih inovatif dan produktif jika bisa mengatur waktunya. Bahkan bisa mendapatkan uang dari game online.

Salah satunya dengan cara menjual akun game kita. Semakin tinggi level dan barang yang kita punya dalam game tersebut, maka semakin tinggi harga jualnya. Lalu bisa juga dengan cara mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada. Tidak harus mengikuti kompetisi yang bergengsi dulu. Mulai dari yang kecil-kecil untuk mengembangkan kemampuan dalam bermain game juga.

Selain itu, juga harus mengantisipasi dari kecurangan-kecurangan agar akun kita aman. Buatlah password yang aman dan kuat. Kemudian gantilah secara berkala.

Permainan online mulai muncul di Indonesia pada tahun 2001, dengan diluncurkannya Nexia Online, sebuah permainan RPG (Role Playing Game) keluaran BolehGame dengan grafik sederhana berbasis 2D.

Nexia hanya membutuhkan spesifikasi komputer yang cukup kecil, bahkan bisa dimainkan di Pentium 2 dengan minimal grafik 3D. Permainan keluaran Korea ini berhasil memperkenalkan bermain game dan chat pertama di Indonesia.

Dalam bermain game online, tidak sepenuhnya anak-anak atau para gamer memperoleh dampak yang negatif. Tetapi ada juga yang positif seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

Meithiana Indrasari, selaku Ketua STIKOSA AWS, menambahkan, anak-anak ini butuh perhatian lebih dari orang tua, guru, dan keluarga agar selalu terkendali dalam bermain.

Hal yang sangat disayangkan ketika mereka hanya menggunakannya untuk sekadar bermain tanpa memperoleh manfaat positifnya. Pemerintah telah menyediakan regulasi dan website www.igrs.id sebagai panduan untuk orang tua dan guru.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jawa Timur. Kegiatan ini terbuka untuk para pelajar mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 12 SMA dan para Guru.

Untuk info kegiatan Literasi Digital lainnya, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo, atau ke website info.literasidigital.id. #LiterasiDigitalSiberkreasi #LiterasiDigital #SiberKreasi #MakinCakapDigital #Permataberlian.* (yayan)

× Image