Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Atasi Kesulitan Air Bersih di Kawasan Wisata Labuan Bajo Lewat Panen Air
ruzka.republika.co.id--Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, M.Kes. mengatakan bahwa, “Masalah air bersih memang hal yang selalu terjadi di Manggarai barat, meskipun saat ini di area Kota Labuan Bajo air bersih mulai banyak, tapi di desa-desa seperti Warloka, Golomori, Pulau Rinca air masih susah,” ujarnya.
Kondisi lingkungan dan alam di Kabupaten Manggarai Barat yang gersang, kering, dan sering mengalami krisis air, menggugah tim pengabdian masyarakat (pengmas) dari Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) Universitas Indonesia (UI) untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat setempat, sesuai bidang ilmu para pengabdi.
Tim pengmas SIL UI melaksanakan program kerja mereka melalui pemasangan instalasi permanen air hujan (rainwater harvesting) di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Mereka beranggotakan sepuluh orang dengan latar belakang bidang teknik, pengembangan wilayah, kesehatan lingkungan, kebumian, bisnis, dan sosial melakukan perencanaan kegiatan yang diawali dari tahapan studi literatur, perencanaan desain dan skema potensi air hujan, hingga survei lapangan.
Kepala Dusun Kampung Lenteng dan Soknar Desa Golomori, Abdul Rajak, dan Imam Masjid Zihadul Qaromah Kampung Lobo Usu Desa Golobilas, Jafar, menyampaikan tanggapan positif dan terima kasih atas manfaat yang mereka rasakan dari pengmas UI tersebut. Mereka sependapat bahwa adanya instalasi pemanen air hujan itu sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Pemasangan instalasi pemanen air hujan di kedua lokasi tersebut sangat tepat sasaran dan mewujudkan tujuan ke-6 dari SDGs (Sustainable Development Goals), yaitu dengan memastikan akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi masyarakat.
Sebelumnya, pada tahun 2021, beberapa dosen SIL UI berkesempatan mengunjungi Labuan Bajo untuk rencana kegiatan kerja sama dengan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).Saat itu, Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Dr. Hayati Sari Hasibuan menemukan ide-ide terkait program guna pengembangan riset di bidang keilmuan lingkungan dengan mengintegrasikannya melalui upaya pengembangan masyarakat dan potensi wilayah.
Atas saran dan arahan dari beberapa pihak seperti dari Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Manggarai Barat (BAPPEDA), dan beberapa jajaran dinas pemerintah Kabupaten Manggarai Barat pada forum diskusi dengan empat tim pengmas UI, muncul gagasan pemasangan instalasi sistem pemanen air hujan yang berlokasi di Masjid Zihadul Qaromah Kampung Lobo Usu Desa Golobilas, dan di Masjid Kampung Lenteng Desa Golomori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina menyampaikan bahwa lokasi yang cocok untuk kegiatan tersebut di Lenteng dan Soknar di Desa Golomori, karena lokasi itu masih lahan otorita BPOLBF dan dekat dengan Kawasan ekonomi Khusus. “Desa Warloka, Golobilas, dan di Pulau Papa Garang, Pulau Rinca juga susah air, karena mereka membeli air dari Labuan Bajo kota,” kata Shana.
Sekretaris BAPPEDA Manggarai Barat, Jhon Valbis, mengatakan bahwa Kampung Lobo Usu Desa Golobilas, kuantitas airnya banyak, tapi kualitasnya buruk. Beberapa saran dan arahan dari pejabat kepala dinas setempat saat pertemuan dengan SIL UI di aula Kantor Bupati Manggarai Barat adalah tentang pemilihan lokasi tersebut yang diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat yang berada di lokasi kawasan penyangga wisata Labuan Bajo.
Setelah adanya instalasi pemanen air hujan di lokasi tersebut, akan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih, yang akan membawa efek positif dalam menunjang mempromosikan potensi wisata daerahnya.
Ketua Tim Pengmas SIL UI, Dr. Hayati Sari Hasibuan menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat berkelanjutan dan dilanjutkan oleh pemerintah Kabupaten Manggarai Barat maupun BPOLBF dengan bermitra bersama UI sebagai tim teknis.
Ia menambahkan bahwa sistem pemanen air hujan tersebut berasal dari air hujan (alam) yang akan selalu tersedia dalam sebuah siklus.Program serupa telah beberapa kali dilakukan oleh SIL UI di Jakarta dan Cikarang yang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Yayasan Unilever Indonesia.
Program tersebut telah direplikasi oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu programnya dan telah mendapat respon yang positif dari pihak pemerintah maupun masyarakat.Dosen SIL UI, Dr. Ahyahudin Sodri mewakili anggota pengmas lainnya menyampaikan, “Melalui sistem pemanen air hujan ini, pola pikir terkait apakah alat ini hanya dapat berfungsi saat musim hujan perlu diubah. Mulailah dengan berpikir bagaimana untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan air hujan yang ada saat musim hujan untuk dimanfaatkan sehingga tidak terjadi kelebihan air yang tidak terpakai saat musim hujan,” pungkasnya. (Rusdy Nurdiansyah)