Riset Tentang Variabel Determinan Niat Vaksinasi, Mahasiswa FTUI Juara IEOM Graduates Student Paper
ruzka.republika.co.id--"Niat vaksinasi" memikat perhatian dari seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Tri Widianti, mahasiswa program Magister Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) melakukan penelitian terkait variabel determinan niat vaksinasi Covid-19 masyarakat Indonesia lewat riset berjudul "ID 67 COVID-19 Vaccination Intention in Indonesia: A Comprehensive Conceptual Model", bersama dosen Departemen Teknik Industri FTUI Dr. rer. pol. Romadhani Ardi. ST., MT., dan Himma Firdaus dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Berkat penelitian ini, Tri meraih peringkat ketiga pada ajang IEOM Graduates Student Paper Competition Award dari konferensi internasional Industrial Engineering and Operations Management (IEOM) 2022. Konferensi ini dilaksanakan di Orlando, California, Amerika Serikat.
World Health Organization (WHO 2022) menyebutkan jumlah korban pandemi Covid-19 lebih dari 6 juta orang di seluruh dunia. Hal itu menyebabkan penurunan ekonomi secara drastis (8 persen), dan meningkatnya angka pengangguran secara tajam (3,22 persen) (Bank Dunia 2021).
Dampak ini juga dirasakan di Indonesia. Salah satu langkah penanganan pandemi yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah menggalakan program vaksinasi.Dalam prosesnya, dua masalah muncul, pertama soal isu varian virus Covid-19 dan jenis vaksinnya.
Dari dua vaksin yang telah dilaksanakan, ternyata kurang efektif terhadap Omicron. Kedua, ada sebagian masyarakat yang menolak untuk divaksinasi.
“Data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa penerimaan vaksinasi di kalangan masyarakat Indonesia masih terhitung rendah (64,8 persen). 27,6 persen masyarakat masih ragu-ragu menerima atau menolak divaksinasi, dan sisanya (7,6 persen) menolak divaksin. Alasan penolakan vaksinasi yang disampaikan termasuk terkait keamanan vaksin, efektivitas, efek samping, keyakinan agama, percaya pada teori konspirasi, norma sosial, biaya, manfaat vaksin, masalah kepercayaan, dan pengetahuan vaksin yang minim,” jelas Tri, yang mengikuti kompetisi IEOM pada Juni 2022 lalu di Orlando.
“Penelitian ini mengusulkan model yang menjelaskan determinan niat vaksinasi. Model dikembangkan berdasarkan integrasi antara Protection Motivation Theory (PMT), Theory of Planned Behavior (TPB), Conspiracy Theory (CT), Knowledge, Attitude/Beliefs, Practice Theory (KAPT), Extended Parallel Process Model (EPPM), dan Model Keyakinan Kesehatan (HBM). Kami menawarkan dua puluh satu proposisi yang menjelaskan hubungan antara niat vaksinasi dan tiga belas variabel prediktor,” papar Tri.
Romadhani Ardi, yang saat ini menjabat sebagai Manajer Kemahasiswaan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FTUI mengatakan, uji coba dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum studi utama. Kajian utama dilakukan di Provinsi Banten, Indonesia. Partially Least Square - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) digunakan untuk menguji model. Hasil penelitian menemukan bahwa persepsi efikasi diri, sikap, dan norma subjektif berpengaruh secara signifikan dan langsung terhadap niat vaksinasi.
"Selain itu, manfaat yang dirasakan secara tidak langsung mempengaruhi niat vaksinasi melalui sikap,” terangnya.Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU menyampaikan harapannya terhadap penelitian yang dilakukan oleh Tri dan Romadhani Ardi.
“Pandemi ini meskipun mulai mereda di Indonesia, masih menyisakan banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama. Semoga penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk menyusun strategi penggalakan program vaksin demi mencapat target vaksinasi masyarakat Indonesia. Saya harap akan ada lanjutan dari penelitian ini terutama terkait perilaku masyarakat terhadap vaksin Covid," harapnya. (Rusdy Nurdiansyah)