Awas Kecanduan Games Online
ruzka.republika.co.id - Adiksi game online adalah ketergantungan individu secara berlebihan terhadap game online dengan ingin melakukan secara terus-menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek negatif pada fisik maupun psikologis individu.
Individu yang memperlihatkan gejala kecanduan game online mengarah pada masalah mental emosional. Di antaranya adiksi game online dapat menyebabkan distorsi waktu, kurang perhatian, hiperaktif, tindakan kekerasan, emosi negatif, dan perilaku agresif.
Peran bimbingan orang tua dan guru di sekolah diperlukan untuk mereduksi adiksi kecanduan game online pada remaja melalui pelayanan konseling.
Di antaranya; konseling individual dengan menggunakan teknik rasional emotif terapi dan konseling kelompok dengan pendekatan Cognitif Behavior Teraphy (CBT).
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan SiberKreasi menggelar program webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Adiksi Game Online.” Pada hari Kamis, 15 September 2022.
Eko Pamuji, Sekretaris PWI Jatim, mengawali sebagai pembicara. Game online hadir karena terjadinya budaya yang digitalisasi, kebiasaan-kebiasaan baru yang ditawarkan kepada generasi baru menjadikan game online tidak asing untuk dimainkan oleh anak-anak yang masih usia belia.
“Harus ada pembiasaan baru kepada anak-anak kita sebagai penerus bangsa, agar mereka tidak kecanduan untuk bermain game online. Didiklah dan ajarkan kepada anak kita untuk membatasi waktu dalam bermain game online, carikan hal baru agar menjadi hobi yang baru untuk mereka,” ujar Eko Pamuji.
Desra, selaku Key Opinion Leader menambahkan, memang benar game online bisa membuat kita menjadi konsumtif dan lupa waktu.
Tapi game online juga dapat membuat kita jauh lebih inovatif dan produktif jika kita bisa mengatur waktunya, bahkan kita bisa mendapatkan uang dari game online.
“Kita bisa mendapatkan uang dari bermain game online, salah satunya dengan cara menjual akun game kita, semakin tinggi level dan barang yang kita punya dalam game tersebut maka semakin tinggi harga jualnya," ujar Desra.
Lalu bisa juga dengan cara mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada, tidak harus mengikuti kompetisi yang bergengsi dulu mulailah dari yang kecil-kecil untuk mengembangkan kemampuan kita dalam bermain game juga.
Selain itu, kita juga harus mengantisipasi dari kecurangan-kecurangan agar akun kita aman. Buatlah password yang aman dan kuat, lalu gantilah secara berkala dan kalau bisa ganti password secara berkala.
Meithiana Indrasari, selaku Ketua STIKOSA AWS, menambahkan Permainan online mulai muncul di Indonesia pada tahun 2001, dengan diluncurkannya Nexia Online, sebuah permainan RPG (Role Playing Game) keluaran BolehGame dengan grafik sederhana berbasis 2D.
Nexia hanya membutuhkan spesifikasi komputer yang cukup kecil, bahkan bisa dimainkan di Pentium 2 dengan minimal grafik 3D. Permainan keluaran Korea ini berhasil memperkenalkan bermain game dan chat pertama di Indonesia.
Dalam bermain game online, tidak sepenuhnya anak-anak atau para gamer memperoleh dampak yang negatif, tetapi ada juga yang positif seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
“Anak-anak ini butuh perhatian lebih dari orang tua, guru, dan keluarga agar selalu terkendali dalam bermain. Hal yang sangat disayangkan ketika mereka hanya menggunakannya untuk sekedar bermain tanpa memperoleh manfaat positifnya. Pemerintah telah menyediakan regulasi dan website www.igrs.id Sebagai panduan untuk orang tua dan guru,” pungkas Meithiana.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jawa Timur. Kegiatan ini terbuka untuk para pelajar mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 12 SMA dan para Guru.
Untuk info kegiatan Literasi Digital lainnya, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo, atau ke website info.literasidigital.id.
#LiterasiDigitalSiberkreasi #LiterasiDigital #SiberKreasi #MakinCakapDigital #Permataberlian