Hati-hati Berselancar di Media Sosial, Jejak Digital seperti Bom Waktu
ruzka.republika.co.id - Cyber Bullying merupakan salah satu dari sekian jenis perundungan. Hanya saja tempatnya berbeda. Terjadi melalui dunia maya. Korbannya bisa siapa saja. Tidak pandang umur dan latar belakang.
"Yang kita lupa adalah jika kita menjadi pelaku perundungan di dunia maya. Semua yang kita perbuat akan terekam jelas. Jejak digital kita menjadi buruk. Jejak digital yang buruk inilah yang akan menjadi bom waktu bagi kita di kemudian hari,”ujar Eko Pamuji, Sekretaris Umum PWI Jawa Timur.
Eko Pamuji mengatakan dalam webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema: Etika Pelajar di Dunia Digital. Kegiatan ini diprakarsai Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan SiberKreasi.
Webinar digelar Kamis 1 September 2022 di Jawa Timur. Diikuti oleh ribuan siswa dan guru sebagai peserta secara daring. Tema yang dibahas narasumber meliputi digital skill, digital culture, digital ethic, dan digital safety.
Eko Pamuji, melanjutkan, perundungan di dunia maya ini sangat sering terjadi. Bisa kita lihat dengan maraknya nyanyian di dunia maya. Kemudahan memanjat media sosial membuat seseorang lebih berani melakukan perundungan.
Narasumber lainnya, Desra selaku Key Opinion Leader menambahkan, seperti yang sudah kita ketahui bahwa warganet Indonesia merupakan netizen yang paling tidak sopan di Asia Tenggara.
Kenapa bisa seperti ini? Ini menjadi kontradiktif dengan bangsa kita yang dikenal ramah tamah.
"Cepatnya pertumbuhan teknologi seperti kilat. Sayangnya tidak diikuti dengan pendidikan dan pengetahuan dalam berselancar di media sosial. Ini kendala bangsa kita saat ini. Banyak dari kita mungkin baik-baik saja di dunia nyata, tetapi terbalik di dunia maya,”ungkap Desra.
Jenis-jenis cyber bullying juga sangat banyak macamnya. Pelecehan dan fitnah adalah yang paling sering dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menurutnya ada beberapa cara agar kita tetap terhindar dan tidak menjadi pelaku perundungan. Desra menyebut tanamkanlah selalu sikap empati untuk menghormati orang lain.
"Saring berita yang kita dapatkan. Jangan ikut emosi dan meresponnya dengan berlebihan. Kalau menurut kita sudah keterlaluan laporkan saja kepada pihak yang berwajib,”pungkas Desra.
Sementara itu, Meithiana Indrasari, Rektor STIKOSA AWS, berpendapat perlu adanya pendidikan karakter etika agar menjadi netizen yang baik.
"Setidaknya kita akan menanamkan kepada diri sendiri agar tidak menjadi pelaku perundungan, karena dengan etika ini kita akan memiliki kesadaran integritas, tanggung jawab, dan kebajikan dengan apa yang yang akan kita perbuat baik di dunia nyata ataupun di dunia maya,”ujar Meithiana.
Perlu diingat juga bahwa pemerintah sudah mengeluarkan UU ITE bagi para pelaku perundungan.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jawa Timur. Kegiatan ini terbuka untuk para pelajar mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 12 SMA dan para guru.
Untuk info kegiatan Literasi Digital lainnya, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo, atau ke website info.literasidigital.id.
#LiterasiDigitalSiberkreasi #LiterasiDigital #SiberKreasi #MakinCakapDigital #Permataberlian. * (Yayan)