Panduan Aturan Ruang Visual Untuk Tingkatkan Ekowisata Di Kawasan Labuan Bajo
ruzka.republika.co.id--Saat ini 80 persen perputaran uang di Labuan Bajo terjadi di kawasan kepulauan, sedangkan di mainland hanya 20 persen. Hal itu diungkapkannya Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, M.Kes saat audiensi antara pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat dan Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DA FTUI).
Permasalahan tersebut melatarbelakangi kegiatan pengabdian masyarakat Departemen Arsitektur FTUI di kawasan wisata Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
"Kami menawarkan keahlian yang kami miliki dalam hal perancangan kawasan perkotaan khususnya di area pesisir Labuan Bajo. Luaran yang direncanakan pada kegiatan ini akan dikaitkan dengan kegiatan wisata di mainland,” ujar Ir. Antony Sihombing, MPD., Ph.D., Ketua Tim Pengmas FTUI saat melakukan kegiatan survei lapangan serta Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholder terkait pengembangan kegiatan pariwisata di Kawasan Labuan Bajo pada 24 Juli hingga 2 Agustus 2022 lalu.
FGD tersebut dihadiri oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, Pembangunan Daerah (BP4D) Manggarai Barat, Petrus Antonius Rasyid; Kepala Dinas Cipta Karya, SDA, dan Tata Ruang Manggarai Barat, Severinus Kurniadi; Direktur Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina; dan perwakilan Satker Cipta Karya (KSPN), Heru. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Pengmas) bertema “Pengembangan Kualitas Ekonomi dan Kawasan Labuan Bajo melalui Eko-Wisata”.
Tim Pengmas FTUI menawarkan panduan pengaturan ruang visual melalui regulasi signage. “Hal ini perlu direncanakan sejak awal untuk menghindari pencemaran visual yang dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati pemandangan alam seperti sunrise dan sunset yang merupakan salah satu daya tarik wisatawan terbesar Labuan Bajo. Kami juga merasa sangat penting untuk menciptakan penanda yang mudah dimengerti terutama untuk wisatawan yang baru datang dan masih asing terhadap kawasan,” kata Antony.
Pengaturan kawasan Labuan Bajo juga perlu dilengkapi dengan alat yang tepat untuk mengkonversi nilai kawasan terhadap pendapatan daerah dari pariwisata. Tim Pengmas dari Departemen Arsitektur FTUI juga akan melengkapi panduan yang dibuat dengan strategi marketing dan branding yang tepat dan mengintegrasikannya dengan slogan “Enchanting Bajo” yang telah dicanangkan oleh Pemerintah.
Strategi yang disusun oleh tim Pengmas FTUI meliputi identifikasi target market pariwisata di Kawasan Labuan Bajo, jenis wisata yang diminati, membuat rencana perjalanan yang menarik bagi wisatawan untuk meningkatkan ketertarikan berwisata lebih lama di mainlaind Labuan Bajo, program yang perlu dihelat pada waktu-waktu tertentu serta bagaimana menjaga sustainabilitas sehingga dapat membuat wisatawan ingin kembali lagi ke Labuan Bajo.
Ditemui di tempat terpisah, Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU menyampaikan, “Luar biasa apa yang digagas oleh tim Departemen Arsitektur FTUI. Semoga apa yang dicanangkan dan diprogramkan kali ini dapat dilihat hasilnya dalam satu atau dua bulan ke depan dan hasilnya dapat menjadi masukan bagi pengembangan Pariwisata di Kawasan Labuan Bajo”.
Kegiatan pengmas Depatemen Arsitektur FTUI diselenggarakan sejak bulan Maret dan akan berakhir pada bulan November 2022. Agenda Pengmas merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Universitas Indonesia setiap tahunnya. Tahun ini Universitas Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat sehingga kegiatan ini diarahkan ke Kawasan Labuan Bajo.
Sebelum keberangkatan Tim Pengabdi ke Labuan Bajo, pihak UI dan Pemda telah melaksanakan kegiatan zoom conference untuk mengkoordinasikan kegiatan yang akan dilaksanakan selama di lapangan. (Rusdy Nurdiansyah)