Sepak Bola Pakai Sarung di Nilam 1-2 Permata Depok, Asli Bikin Perut Terkocok
ruzka.republika.co.id - Banyak lomba yang digelar masyarakat dalam menyemarakan Hari Kemerdekaan RI ke-77. Salah satu yang mengocok perut adalah lomba sepak bola memakai sarung.
Pemandangan itu terhampar di Lapangan Nilam 1-2 Pemata Depok, Keluruhan Pondok Jaya. Selepas solat Ashar, panitia pertandingan Fakhrian Yusiano lewat pengeras suara memanggil para peserta lomba.
Pesertanya bukan remaja, tapi orang tua. Fakhrian mengatakan setiap tim terdiri dari 5 orang. Tiga orang bermain, dua cadangan dengan sistem gugur. Durasi pertandingan 3 x 2 menit dengan interval satu menit.
"Pertandingan antarblok ini sebagai momentum agar warga lebih aktif dan giat berolahraga serta turut menyemarakkan peringatan Hari Kemerdekaan," ujar Fakhrian.
Pertandingan sepak bola ini mendapat perhatian warga. Bukan saja anak-anak melainkan juga kaum ibu. Warga tak tahan menahan tawa karena beberapa pemain yang mengenakan sarung sering terjatuh saat akan menggiring atau menendang bola ke arah gawang lawan.
"Gak kuat bang, napas sudah kempang kempis. Tapi, yang penting ikut ramein aja, seru-seruan untuk jaga kekompakan sesama warga Nilam 1-2," kata Muklis, mantan RT 005/007 yang tak tergantikan dalam pertandingan.
Aksi iseng dipertonton Muklis saat menjaga lawannya. Dia dengan sengaja memeluk lawannya supaya tidak bisa bergerak. Hal ini mengundang gelak tawa para penonton.
"Bukan soal menang atau kalah. Terpenting berkeringat dan lucu-lucuan aja," ujar Dedi yang timnya gugur di babak pertama setelah menelan kekalahan 5-0 dari Blok F6.
Tapi, bintang lapangan pertandingan sepak bola sarung Nilam 1-2 adalah Ngatijo. Ketua DKM itu Musola Al Qolam mendadak tampil dengan gayanya yang sungguh mengocok perut. Meski sudah lanjut usia, dia begitu bersemangat memburu bola. Tak mau kalah dengan mereka yang merasa masih muda.
Uniknya Pakde Ngajito--begitu sapaannya- berani 'melawan' peraturan. Dia seolah tampil sebagai kiper dengan membentangkan kedua tangannya saat gawang timnya dibombardir lawan.
Kontan Aa Sopian--lawannya melancarkan protes. Karena dalam permainan gawang kecil itu tidak ada penjaga gawang. Protesnya membuahkan tendangan penalti. Tapi, Aa Sopian gagal memanfaatkan peluang emas. Sepakannya melenceng jauh dari mistar gawang yang tak bertuan.
Mengingat matahari mulai menjauh, partai final dilakukan dengan tos-tosan. Tim yang diperkuat Kodri, Ignatius, dan Warman dari F5A keluar sebagai pemenang.
"Terima kasih panitia dan peserta lomba. Semoga dengan kegiatan ini kita makin kompak menjaga lingkungan bersama-sama," ujar Ketua RT Herdi Qoharrudin.
Makna atau pelajaran yang dapat diambil dari pertandingan sepak bola pakai sarung ini adalah, sekalipun Anda dipersulit situasi dan keadaan, kerjasama akan memudahkan Anda untuk mencapai tujuan.* (Yayan)