Home > News

49 Persen Pengguna Internet Indonesia Pernah diBully, Pentingnya Budaya Bermedia Digital

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019, bahwa 49 persen pengguna internet Indonesia pernah di bully.
Berkembangnya teknologi informasi di dunia ini terus berkembang secara masif. 
Berkembangnya teknologi informasi di dunia ini terus berkembang secara masif.

ruzka.republika.co.id - Perkembangan teknologi komunikasi telah membentuk ekosistem baru dalam kebudayaan manusia. Perubahan gaya hidup yang serba digital menawarkan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas.

Berkembangnya teknologi informasi di dunia ini terus berkembang secara masif. Di Indonesia sendiri pengguna internet telah mencakup 204 juta pengguna.

Maka dari itu Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi fokus dalam acara webinar literasi digital untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait cara berbudaya di ruang digital.

Bahkan data yang ditunjukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019, bahwa 49 persen pengguna internet Indonesia pernah di bully.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan SiberKreasi menggelar program webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema "Menghindari Cyber Bullying".

Webinar yang digelar pada Senin (9/8/2022) di Jawa Timur, diikuti oleh ribuan siswa dan guru sebagai peserta secara daring.

Webinar ini mengundang dari berbagai macam bidang keahlian profesi, yakni Drs. Eko Pamuji, M.I.Kom (Dosen Ilmu Komunikasi), Desto (Key Opinion Leader), dan Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM (Ketua STIKOSA AWS).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skill, digital ethic, dan digital culture.

Eko Pamuji membuka webinar dengan mengatakan, sebelum memasuki industri 4.0 bahkan sekarang sedang berpindah ke 5.0. Dunia sudah disuguhi dengan peradaban perubahan teknologi mulai dari 1.0 sampai 4.0 sekarang ini.

"Perkembangan teknologi sebenarnya telah mengubah kebudayaan manusia dan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan pada setiap model teknologinya,” ujarnya.

Menurutnya, setiap peradaban perubahan teknologi ini memiliki ceritanya masing-masing dimana faktor tersebut juga mendukung terjadinya perubahan teknologi selanjutnya.

"Faktanya, pada perkembangan teknologi saat ini merubah gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas, Masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi,”tambahnya.

Tetapi ada satu hal yang perlu diingat bahwa diperlukannya pemahaman masyarakat terkait etika di ruang digital, agar terhindar dari cyber bullying.

Desto selaku Key Opinion Leader menambahkan,“Cyber bullying adalah penyalahgunaan internet untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, dan mengejek orang lain. Tidak seperti bullying fisik maupun verbal, bentuk bullying ini tidak membutuhkan pertemuan tatap muka dan tanpa melibatkan kekuatan fisik,” paparnya.

Perlu adanya pemahaman budaya bermedia digital agar kita terhindar menjadi pelaku bullying maupun terhindar dari korban bullying, tambah Desto

Meithiana turut menjelaskan, penting sekali menanamkan budaya bermedia digital kepada anak-anak kita agar terhindar dari cyber bullying.

“Budaya Bermedia Digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari,” tambahnya.

Dengan ditanamkannya budaya bermedia digital, pastinya dengan perlahan anak-anak kita memahami budaya-budaya yang harus mereka terapkan di media sosial.

Dalam webinar kali ini juga, peserta yang hadir dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan. Salah satu peserta bernama Ahmad Taufiq menanyakan, bagaimana peran orang tua atau guru untuk mengantisipasi bullying dan perilaku negatif di media sosial?

“Tentunya kita harus menekankan budaya bermedia digital layaknya budaya kita di kehidupan nyata. Peran orang tua sangat penting untuk membangun kesadaran tersebut kepada anak-anaknya, contohnya dengan menerapkan wawasan kebangsaan bahwa sahnya kita adalah bangsa yang terkenal dengan keramah tamahannya, mulai kenalkan juga kepada anak kita untuk mencintai produk dalam negeri, dan ajari dengan perlahan apa saja hak-hak dan kewajiban serta konsekuensi bila mereka membuat kesalahan," jawab Meithiana.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jawa Timur. Kegiatan ini terbuka untuk para pelajar mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 12 SMA dan para Guru juga. Untuk info kegiatan Literasi Digital lainnya, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo, atau ke website info.literasidigital.id.* (Yayan)

× Image