Dibuka Menpora, Piala Presiden 2022 Resmi Bergulir
ruzka.republika.co.id - Turnamen bulutangkis memperebutkan Piala Presiden 2022 akhirnya resmi bergulir usai dibuka pada Senin (1/8) siang di GOR Nanggala, Cijantung, Jakarta Timur.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Zainudin Amali, mewakili Presiden Republik Indonesia membuka turnamen yang baru pertama kali digelar sepanjang sejarah bulutangkis Indonesia itu.
Selain Menpora Amali hadir langsung dalam acara pembukaan ini di antaranya Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna, Sekretaris Jenderal PP PBSI Moh. Fadil Imran, Ketua Harian PP PBSI Alex Tirta, Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, Wakil Ketua 2 KONI Pusat Sudarmo, dan Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia, Tbk., Garibaldi Thohir.
Acara pembukaan diawali dengan anggota paskibra membawa tiga bendera ke dalam arena, bendera Merah-Putih, KONI dan PBSI. Dilanjutkan dengan penampilan tarian khas Betawi dan parade defile perwakilan atlet dari 30 provinsi dengan balutan pakaian adat masing-masing.
"Syukur alhamdulillah pada hari ini kita dapat menggelar kejuaraan nasional Piala Presiden 2022. Saya mengapresiasi digelarnya turnamen ini dan juga saya sampaikan salam hangat dari pak Presiden kepada PBSI dan para peserta atas terselenggaranya kegiatan ini," ucap Menpora Amali dalam sambutannya.
"Mudah-mudahan dari kegiatan ini dapat terjaring talenta-talenta dari berbagai provinsi yang untuk mengisi tim nasional bulutangkis Indonesia, baik putra maupun putri. Ini menjadi harapan kita karena target kita, mimpi kita, pada saat peringatan 100 tahun Indonesia merdeka, 2045 Insya Allah. Atau tepatnya pada penyelenggaraan Olimpiade 2044 Indonesia ada di peringkat lima dunia dan bulutangkis akan menjadi andalan utama untuk mewujudkan mimpi itu," sambung Amali.
Sementara, Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang sudah memberikan izin bulutangkis menggelar Piala Presiden untuk pertama kalinya.
"Bulutangkis telah menjadi bagian penting dalam hidup kita, telah menjadi budaya kita. Olahraga yang prestasinya membanggakan tetapi dalam 71 tahun sejarah bulutangkis Indonesia kita belum pernah menyelenggarakan satu kejuaraan yang menjadi pengakuan eksistensi secara nasional," kata Agung.*Yayan