Home > Olahraga

Paraangkat Berat Indonesia Borong 5 Emas di Hari Pertama

Paraangkat Berat Indonesia Borong 5 Emas di Hari Pertama
Baru memasuki hari pertama perebutan medali, Ni Nengah Widiasih dkk. langsung membukukan lima emas dan satu perak.
Baru memasuki hari pertama perebutan medali, Ni Nengah Widiasih dkk. langsung membukukan lima emas dan satu perak.

ryzka.republika.co.id—Cabang olahraga paraangkat berat membuktikan diri mampu menjadi lumbung medali emas bagi Indonesia di ASEAN Paragames (APG) 2022.

Baru memasuki hari pertama perebutan medali, Ni Nengah Widiasih dkk. langsung membukukan lima emas dan satu perak. Perubahan regulasi yang membuat setiap kelas memperebutkan dua medali emas benar-benar menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia.

Sebagai informasi, paraangkat berat APG edisi kali ini memperebutkan emas dari angkatan terbaik serta total angkatan.

Sebelumnya setiap kelas hanya memperebutkan satu emas yakni dari angkatan terbaik. Lima emas plus satu perak Indonesia pada hari pertama, Senin (1/8/2022) bersumber dari Ni Nengah Widiasih (dua emas di kelas 45 kg), Eneng Paridah (dua emas di kelas 41 kg) dan Rani Puji Astuti (satu emas dan satu perak di kelas 61 kg).

Koordinator pelatih Pelatnas Paraangkat Berat Indonesia, Coni Ruswanta, mengatakan sumbangan lima emas dari para atlet di hari pertama tentu hal menggembirakan. Dia menilai catatan tersebut dapat menjadi pelecut kontingen Indonesia di hari-hari selanjutnya.

“Ini melebihi ekspektasi kami, terutama debutan Eneng Paridah yang dapat dua emas dari angkatan terbaik dan total angkatan,” ujar Coni di Hotel Solo Paragon, Senin malam.

Rani Puji Astuti menjadi penutup pesta emas Indonesia dengan menjadi yang terbaik di kelas 61 kg. Dia mencatatkan angkatan terbaik 90 kg, meninggalkan Nguyen Thi Thanh Thuy (Vietnam) di posisi kedua dengan angkatan terbaik 84 kg. Adapun medali perunggu diraih Somkhon Anon (Thailand) dengan angkatan terbaik 83 kg.

Prestasi tersebut mengakhiri penantian Rani meraih medali emas di APG. Pada dua edisi APG sebelumnya di Myanmar (2015) dan Malaysia (2017), torehan lifter asal Kudus itu mentok di medali perak.

“Dapat emas perdana (di APG) rasanya ya sangat senang, sangat bersyukur. Saya memang berharap tahun ini bisa memberikan yang terbaik untuk negeri,” ujar Rani saat ditemui usai pemberian medali.

Sayang capaian apiknya di angkatan terbaik tak diikuti di akumulasi angkatan. Kegagalannya mengangkat beban di dua kesempatan (90 kg dan 92 kg) membuat Rani harus merelakan emas pada Nguyen Thi Thanh Thuy. Nguyen sukses meraih total angkatan 167 kg lewat dua kali angkatan sukses (83 kg dan 84 kg).

Rani mengakui penampilannya di Solo belum optimal meski sukses meraih satu emas. Dia merasa bisa lebih baik lagi andai tak diganggu problem vitalitas. Beberapa waktu terakhir, bahu kanannya agak bermasalah. Jika dalam kondisi prima, Rani bisa mencatat angkatan terbaik hingga 100 kg seperti yang dilakukannya saat meraih emas di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Papua 2021.

“Beberapa bulan ini kondisi tangan kurang bagus, ada masalah di bahu kanan. Tapi bersyukur masih bisa memberikan emas untuk bangsa ini.”*

× Image