Home > Edukasi

Bijak Bermedia Digital untuk Etika yang Lebih Baik

Semakin maju perkembangan zaman, semakin maju pula teknologi yang diberikan
Semakin maju perkembangan zaman, semakin maju pula teknologi yang diberikan
Semakin maju perkembangan zaman, semakin maju pula teknologi yang diberikan

ruzka.republika.co.id - Menurut We are Social Hootsuite (2022) per Februari di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7persen dari populasi penduduk Indonesia.

Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1 persen).

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 mengungkap bahwa dari tiga sub indeks Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia yaitu akses dan infrastruktur, intensitas penggunaan, dan keahlian/kecakapan, sub indeks keahlian yang memiliki skor paling rendah.

Sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data, masyarakat Indonesia dipandang perlu dalam mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimilikinya (Kata data Insight Center & Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2020).

Menurut Meithiana Indrasari selaku nara sumber pada webinar literasi digital 2022 Jawa Timur pada Kamis (28/07/2022), “Cakap bermedia digital sangat diperlukan kepada remaja di Indonesia saat ini."

"Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital," ujar Meithiana.

Cakap bermedia digital juga akan melatih dan membiasakan anak-anak kepada etika yang harus mereka lakukan di dunia digital. Tentu agar mereka tidak terjebak dan malah menjadi pelaku kejahatan di dunia digital.

Semakin maju perkembangan zaman, semakin maju pula teknologi yang diberikan. Bahkan slogan yang awalnya “Mulutmu, Harimaumu” di zaman sekarang ini berubah

menjadi “Jarimu, Harimaumu”.

Konteks ini untuk mengingatkan perlu berhati-hati dalam bertindak baik di dunia nyata maupun di dunia maya / digital.

Eko Pamuji, Sekretaris Umum PWI Jawa Timur, dalam webinar yang sama menyampaikan bahwa 170 juta dari 204,7 juta masyarakat yang mengakses internet belum memahami cara kerja dunia digital.

Ada rekam jejak digital yang selalu terekam dan tidak bisa dihapus secara permanen. Dia mengingatkan beretikalah ketika kita menggunakan internet, selayaknya dimana dunia mengetahui bahwa orang Indonesia itu ramah-ramah.

Maka dari itu diperlukan pengetahuan bagi masyarakat agar bijak dalam menggunakan media sosial.

Menurut Desra sebagai Key Opinion Leaders, media sosial merupakan tempat para orang untuk mengekspresikan dirinya.

Tapi lanjut Desra, ingat ekspresikan, diri kita sesuai kebutuhan, minat, dan biaya yang kita punyai. Kedua, buatlah konten-konten yang bermanfaat agar orang yang menontonnya juga mendapatkan ilmu yang baik.

Ketiga, ketika mendapatkan informasi yang kita belum tahu asal muasalnya lebih baik kita cari tahu terlebih dahulu, baru kita ikut menyebarkannya.

Dan yang tidak kalah penting kata Desra adalah bagaimana kita harus mengetahui batasan ketika menggunakan sosial media dan tetap beretika baik dengan teman di dunia

maya.

Dengan adanya webinar literasi digital ini, Kemkominfo berharap masyarakat Indonesia khususnya anak-anak pada usia remaja dapat memahami bagaimana kita bijak dalam bermedia

sosial, beretika.

"Terpenting adalah jangan sampai dari

kita hanya terbawa arus semata tanpa mengambil manfaat di dalamnya," tandasnya.* (yayan)

× Image