Hati-hati Berselancar di Media Sosial: Jarimu Harimaumu!
ruzka.republika.co.id – Budaya digital mengacu pada budaya yang dibentuk oleh kemunculan dan penggunaan teknologi digital secara masif.
Digitalisasi ikut memberi pengaruh besar di era ini, karena kehadiran dan pertumbuhan internet sebagai bentuk komunikasi massa.
Sementara itu, media sosial sebagai media daring membuat para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, berjejaring tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Dr. Meithiana Indrasari, S.T., M.M., selaku Ketua STIKOSA AWS saat menjadi narasumber webinar dengan tema “Digital Culture” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Selasa (5/7/2022) meminta untuk tetap berhati-hati dalam bermedia sosial.
“Tantangan budaya digital di Indonesia adalah mengaburnya wawasan kebangsaan, sehingga kita perlu kembali mengevaluasi apakah konten-konten yang kita sebar dalam rangka berkomunikasi dengan publik digital itu sudah sesuai dengan jati diri di bangsa Indonesia," kata Meithiana Indrasari.
Budaya bermedia digital menurutnya merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
"Jika Indonesia budaya bermedia digital mengikuti Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, Indonesia akan kuat dan aman dalam hal literasi digital," lanjutnya.
Sila Pertama: Nilai utamanya adalah cinta kasih, saling menghormati perbedaan kepercayaan di ruang digital. Sila Kedua: Nilai utamanya adalah kesetaraan, memperlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi di ruang digital.
Sila Ketiga: Nilai utamanya adalah harmoni, mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital.
Sila Keempat: Nilai utamanya adalah demokratis. Memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi, dan berpendapat di ruang digital.
Sila Kelima: Nilai utamanya adalah gotong royong. Bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna.
Contoh Aksi: Mewujudkan Kesetaraan Lewat Gerakan Digital Inklusif Literasi Digital Bagi Kelompok Rentan •Anak-anak • Perempuan • Lansia •Disabilitas • Masyarakat 3T.
Lalu Menggalang Solidaritas Warga Melalui Media Digital Gerakan Sosial Sepanjang Pandemi • Donor plasma konvalesen • Warga bantu warga: menyediakan bahan pangan dan kebutuhan pokok bagi yang ISOMAN • Konseling online gratis untuk pendampingan.
Pada akhir pemaparan materi, Dr. Meithiana Indrasari, S.T., M.M. menyimpulkan bahwa dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita bertumbuhkembang, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa, hadir dengan bermartabat.* (yayan)