Citayam Fashion Week, Menguak Jejak Sejarah Kawasan yang Dicibir Depok Coret
ruzka.republika.co.id--Saat ini viral aksi bocah-bocah di ajang fashion jalanan yang dikenal dengan Citayam Fashion Week atau SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok).
Yang menjadi menarik adalah tongkrongan dengan aksi lenggak-lenggok di zebra cross, awalnya justru dimotori sekelompok bocah atau anak baru gede (ABG) dari daerah Citayam, sebuah kawasan di Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan Kota Depok atau kerap di cibir sebagai Bogor Coret atau Depok Coret.
Nah, tahukah dimana tepatnya keberadaan Citayam yang diucap Citayem? Citayam merupakan sebuah kampung atau desa yang berada di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor dan berbatasan langsung dengan Kelurahan Bojong Pondok Terong (Boponter), Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Di masa lalu, kawasan Citayam meliputi seluruh wilayah Kampung Cipayung dan Kampung Ragajaya, Pabuaran.
Setelah Depok menjadi Kotamadya pada 1999, wilayah Citayam terbelah menjadi dua, sebagain masuk wilayah Kota Depok dan sebagian lagi masuk wilayah Kabupaten Bogor.Berdasar peta ‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan Topographisch Bureau pada 1901, nama Citayam ditulis dengan ejaan Tjitajam.
Berdasarkan peta itu, area Citayam mencakup kampung Bojong, Pondok Terong, Rawa Geni, Ratu Jaya, Pabuaran, Sasak Panjang dan Tjitajam.Rupanya Kampung Citayam dengan sejumlah kampung lain yang berdekatan dibentuk menjadi sebuah desa, yang diberi nama Desa Citayam.
Lalu dari mana sejarah nama Citayam? Dalam berbagai referensi, jawabannya tak pasti.Sebuah versi menyebut Citayam dari dua suku kata, Cit berasal dari peuncit dan Ayam berarti ayam.Sementara dalam bahasa Sunda, bila digabungkan menjadi Pameuncitan Ayam. Sementara dalam bahasa Indonesia berarti pemotongan ayam.
Citayam dahulu termasuk dalam Residentie Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng.Adapun saat ini Citayam berada di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kecamatan ini terdiri dari Kelurahan Pondok Terong, Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya.Ternyata pada 1999, lima kelurahan dipisahkan dari Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, dan menjadi bagian Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Pada 2011, lima kelurahan ini menjadi Kecamatan Cipayung.
Adapun Citayam, dimekarkan dengan desa induk bernama Desa Citayam dan desa pemekaran bernama Desa Raga Jaya. Nah, Kampung Citayam, menjadi bagian Desa Raga Jaya, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Saat ini, Kampung Citayam dipimpin seorang kepala desa yang dipilih secara langsung.
Pada zaman penjajahan Belanda, kawasan Citayam merupakan area perkebunan dan pertanian milik saudagar dan tuan tanah Belanda, Cornelis Chastelein (1657-1714) yang berdomisili di daerah Depok. Terdapat perkebunan karet dan kopi, pertanian sayur dan buah-buahan, Pepaya, Jambu, Rambutan, Mangga, Ubi dan singkong. Selain itu, kawasan Citayam yang juga dilalui Sungai Ciliwung merupakan hutan bambu. Tak heran, kalau sebagian besar bambu di Jakarta di pasok dari Citayam yang dirakitkan melalui aliran Sungai Ciliwung.
Selain angkutan perdagangan dan transportasi melalui jalur air Sungai Ciliwung, juga ada jalur kereta api dan terdapat Stasiun Citayam dengan bentuk bangunan khas peninggalan Belanda yang dibangun pada 1913.
Sepeninggal Chastelein, perkebunan dan pertanian Citayam dikuasai keturunannya dan para pekerjanya atau budak yang kemudian membentuk suatu komunitas tersendiri dengan menyandang 12 marga. Sebut saja marga Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Loen, Leanders, Samuel, Soedira, Tholense dan Zadokh. Marga yang terakhir ini kini sudah disebutkan punah dan menyisakan 11 marga.
Kemudian, mereka membentuk sebuah negara yang merdeka pada 1913 dan memiliki presiden pertama dengan nama pemerintahan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Para presidennya dipilih secara demokratis oleh rakyat. Pusat pemerintahannya berada di titik Kilometer 0 yang ditandai oleh Tugu Depok. Tak jauh dari situ, berdiri gedung pemerintahan yang sempat berfungsi jadi Rumah Sakit Harapan.
Presiden hanya menjabat selama tiga tahun saja.Presiden pertama Depok adalah Gerrit Jonathans yang menjabat pada tahun 1913. Setelah itu terdapat tiga presiden yang memimpin, antara lain Martinus Laurens yang menjabat pada 1921, Leonardus Leander yang menjabat pada 1930, dan Johannes Matjis Jonathans yang menjabat pada 1952.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, pada Oktober terjadi penyerbuan oleh para pejuang kemerdekaan dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk memaksa Pemerintah Depok tunduk dan mengakui Kemerdekaan Indonesia. Sehingga juga terjadi kerusuhan dan penjarahan terhadap warga Depok yang dianggap sebagai penghianat. Terjadi juga perampasan tanah dan banyak terbunuh serta terusir. Namun, sebagian warga melakukan perlawanan, menyingkir ke area perkebunan dan hutan Citayam dan Sawangan.
Peristiwa yang berlangsung hingga 1949 kemudian lazim disebut sebagai peristiwa ini Gedoran Depok. Presiden terakhir Pemerintah Depok, Matijs Jonathans menyerahkan kekuasaan Pemerintah Depok ke Pemerintah Indonesia pada 1952 oleh melalui akta penyerahan tanah partikulir.
Setelah itu sebagian orang Depok asli ikut ke Belanda dan sebagian lainnya memilih tetap tinggal di Depok. Toh, Depok adalah tanah leluhur mereka sebagai hadiah dari Cornelis Chastelein setelah dibebaskan dari perbudakan. Dan, mereka kini di kenal sebagai orang-orang Belanda Depok. (Rusdy Nurdiansyah)