Pemkot Depok Komitmen Cegah dan Turunkan Stunting, Anemia Remaja Putri Jadi Perhatian
ruzka.republika.co.id--Pemerintah Kota (Pemkot) Depok melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok terus berkomitmen mencegah dan menurunkan angka stunting. Salah satu, yang menjadi perhatian yakni pencegahan anemia pada remaja putri.
Sunting dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung. Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik yang berlaku pada semua kelompok umur."
"Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir atau 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. 1.000 HPK merupakan waktu yang optimal agar anak dapat memanfaatkan peluang untuk mencapai potensi terbaik atau dikenal dengan periode emas," ujar Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono saat membuka Gebyar Stunting Warrior secara daring dan offline, Kamis (21/07/2022).
Menurut Imam, salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko stunting adalah anemia ibu hamil yang berkaitan erat dengan remaja putri. "Remaja putri yang mengalami anemia cenderung menjadi perempuan dewasa yang anemia dan kelak menjadi ibu hamil anemia. Permasalahan ke depan yang timbul adalah ibu hamil anemia cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan berpotensi stunting," jelasnya.
Ia memaparkan, data tentang anemia pada Remaja Putri, berdasarkan hasil survei tahun 2016 ditemukan 36,6 persen remaja putri yang anemia, angka ini termasuk sebagai masalah kesehatan kategori sedang. Walaupun, pemberian TTD pada remaja putri di Kota Depok mengalami peningkatan dari tahun 2017 yaitu 23,71 persen hingga tahun 2020 sebesar 66,94 persen.
"Untuk itu, pencegahan dilakukan dalam bentuk suplementasi zat besi dan asam folat mingguan atau yang disebut dengan Tablet Tambah Darah (TTD) perlu diperluas cakupannya," paparnya.
Lanjut Imam, dalam meningkatkan cakupan tersebut diperlukan koordinasi multi-sektoral yang memadai. Dari mulai perlindungan anak dan perempuan, pendidikan, masyarakat dan urusan agama sering terlewatkan hingga keterlibatan dari remaja yang menjadi target dari program.
"Dinas Kesehatan Bersama DP3AP2KB juga melakukan inovasi Stunting Warrior (STAR). Para remaja sebagai STAR menjadi agen perubahan dan dapat mengajak partisipasi remaja untuk ikut mandiri dalam menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi TTD, menurunkan prevalensi anemia pada remaja putri," terangnya.
Diutarakan Imam, inovasi ini baru diinisiasi pada 33 Sekolah jenjang SMP dan SMA di 11 Kecamatan oleh 32 orang kader STAR. Dirinya mengajak seluruh pihak meningkatkan koordinasi, kolaborasi baik intervensi spesifik dan sensitif.
"Stunting Warrior ini dapat diduplikasi agar semakin banyak kader STAR serta merupakan salah satu ikhtiar dalam kerangka mewujudkan Zero New Stunting di Kota Depok menuju Kota Depok yang Maju, Berbudaya dan Sejahtera. Semoga dengan upaya tersebut ketika remaja putri menjadi seorang ibu, dapat menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat. Serta melahirkan bayi yang sehat yang berdampak pada menurunnya prevalensi stunting dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusunya di Kota Depok," tuturnya. (Rusdy Nurdiansyah)