Prabowo Diharapkan Beri Porsi Besar untuk Palestina Saat Pidato di Sidang Majelis Umum PBB

RUZKA—REPUBLIKA NETWORK — Presiden Prabowo diharapkan memberi porsi dan tekanan besar terhadap krisis kemanusiaan dan genosida terbuka yang saat ini tengah terjadi di Gaza, Palestina, saat memberikan pidato pada Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Harapan itu diutarakan Senator atau Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris sekaligus memanfaatkan forum di PBB tersebut untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai bagian dari Global South, serta dengan tegas menyatakan bahwa saat ini genosida di Palestina adalah isu global yang paling prioritas untuk diselesaikan.
“Sebagai negara yang paling konsisten mengutuk penjajahan Israel terhadap Palestina, Indonesia harus terus mendesak agar panggung PBB dijadikan katalis agar isu Palestina tidak lagi diperlakukan sebagai agenda sisipan, melainkan prioritas global. Sudah saatnya, Palestina dijadikan agenda utama reformasi tata kelola global,” ujar Fahira Idris dalam keterangannya, Senin (22/09/2025).
Fahira Idris yang juga aktivis Bela Palestina ini mengungkapkan, PBB lewat komisi penyelidikannya, telah menyatakan Israel melakukan kejahatan genosida, kejahatan perang, hingga politik apartheid. Ini harusnya sudah menjadi dasar kuat bagi negara-negara di seluruh dunia untuk bertindak tegas kepada Israel.
Indonesia, misalnya dapat menawarkan diplomasi kemanusiaan yang lebih agresif mulai dari pengiriman bantuan ke Gaza tanpa blokade, fasilitasi jalur aman bagi pengungsi, hingga memimpin koalisi Global South untuk menuntut embargo senjata terhadap Israel.
Selain itu, forum Sidang Majelis Umum PBB ini juga menjadi momentum tepat bagi Indonesia untuk mengkritik struktur PBB yang sudah usang. Hak veto Dewan Keamanan terbukti menjadi penghalang utama penyelesaian genosida di Palestina, karena membuat satu negara adikuasa bisa mematikan aspirasi kemanusiaan ratusan negara lain.
Saat ini, lanjut Fahira Idris, situasi dunia sedang berubah dibanding dekade-dekade lalu karena semakin besarnya dukungan global untuk Palestina. Demonstrasi di kota-kota dunia, boikot terhadap produk Israel, hingga kampanye digital lintas negara memperlihatkan bahwa solidaritas Palestina telah menjadi zeitgeist atau jiwa zaman.
Ini artinya, solidaritas terhadap Palestina, kini bukan lagi isu pinggiran, melainkan arus besar pemikiran, perasaan, dan kesadaran global di mana masyarakat dunia semakin muak terhadap genosida Israel dan lebih berani dan terbuka menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
“Tentunya kita menaruh harapan besar, melalui Presiden Prabowo, Indonesia punya peluang menjadi game changer dalam diplomasi global, menyuarakan dengan lantang bahwa kemerdekaan Palestina adalah agenda global yang harus segera dituntaskan,” tandas Fahira Idris.
Presiden Prabowo sendiri dijadwalkan menyampaikan pidato pada urutan ketiga dalam sesi Debat Umum PBB pada 23 September 2025 setelah Presiden Brasil dan Presiden Amerika Serikat. (***)