Teknologi Drug Eluting Balloon (DEB): Tidak Semua Penyempitan Jantung Harus Pasang Ring

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Primaya Hospital Tangerang Gelar Indonesia DEB Conclave 2025, Angkat Terobosan Tanpa Ring dalam Penanganan Penyakit Jantung Koroner
Indonesia DEB Conclave 2025, sebuah forum medis yang secara khusus membahas perkembangan dan pemanfaatan teknologi Drug Eluting Balloon (DEB) dalam penanganan penyakit jantung koroner.
Acara ini juga menandai penyelenggaraan Live Case penanganan DEB pertama di Indonesia, yang dilakukan langsung oleh dr. Rony M Santoso, Sp.JP(K), FIHA, FAPSC, FESC, FSCAI di Primaya Hospital Tangerang pada Sabtu, (02/08/2025) lalu.
Baca juga: Guardian Run 2025 Kembali Digelar, Ajak Konsumen Tampil Percaya Diri
Mengangkat tema “Navigating Metal-Free Solutions for Multivessel, Diffuse Disease, Bifurcations, CTO and ACS”, forum ini membahas pendekatan intervensi terkini untuk berbagai kondisi kompleks pada pembuluh darah jantung.
Teknologi DEB menggunakan balon yang dilapisi obat khusus untuk mencegah penyumbatan ulang yang menjadi solusi intervensi tanpa logam.
Kini teknologi ini kian relevan bagi pasien jantung, khususnya mereka yang mencari alternatif tanpa pemasangan ring atau stent.
Baca juga: Peringati Kemerdekaan, PT Tirta Asasta Depok Gratiskan Pemasangan Sambungan Air
Indonesia DEB Conclave 2025 turut menghadirkan para pembicara terkemuka di bidang kardiologi intervensi, antara lain dr. Rony M Santoso, Sp.JP(K), FIHA, FAPSC, FESC, FSCAI dari Primaya Hospital Tangerang, dr. Bambang Budiono, Sp. JP, FIHA, FAPSC, FAPSIC, FSCAI dari Primaya Hospital Makassar, dr. Dasdo Antonius Sinaga, Sp.JP dari Awal Bros Pekanbaru Hospital, serta Prof. Chin Chee Yang dari National Heart Center Singapore.
Dalam paparannya, dr. Rony menjelaskan bahwa penggunaan Drug Eluting Balloon (DEB) kini menjadi tren karena tidak semua pasien jantung ingin dipasang ring atau stent.
“Saat mempertimbangkan DEB, dokter perlu melihat dari aspek PALS—Patient, Anatomy, Long Term, dan Simplify. Pada pasien dengan risiko tinggi seperti diabetes, gangguan ginjal, atau potensi perdarahan, DEB bisa menjadi pilihan yang lebih aman dan efektif dibandingkan stent konvensional,” jelas Rony dalam siaran pers yang diterima, Kamis (07/08/2025).
Ia juga menambahkan, “Pada kondisi anatomi kompleks seperti pembuluh kecil, bifurkasi, atau lesi distal CTO, DEB sering kali lebih tepat. Selain mengurangi risiko komplikasi seperti fraktur stent dan restenosis, DEB juga menjaga fungsi alami pembuluh darah dan memungkinkan tindakan lanjutan di masa depan jika dibutuhkan.”
CEO Primaya Hospital Group, Leona A Karnali, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya forum ini sebagai bagian dari visi strategis Primaya Hospital dalam mendukung kemajuan teknologi kardiovaskular (cardio technology) di Indonesia.
“Kami percaya bahwa inovasi medis harus diiringi dengan keterbukaan untuk berbagi pengetahuan dan mendorong kolaborasi. Melalui Indonesia DEB Conclave, kami ingin membuka ruang diskusi dan edukasi tentang kemajuan cardio technology, khususnya teknologi minimal invasif seperti DEB. Inisiatif ini merupakan wujud nyata komitmen Primaya Hospital untuk menghadirkan pilihan terapi yang lebih aman, efektif, dan berkelanjutan bagi pasien, serta memperkuat posisi Indonesia dalam lanskap medis regional,” papar Leona.
Melalui forum ini, Primaya Hospital menegaskan posisinya sebagai jaringan rumah sakit yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan terus berinvestasi pada peningkatan kapasitas klinis. (***)