Periset UI: Protein Virus HIV Dapat Dihambat dengan Daun Beluntas

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Proses ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat merupakan tahap krusial dalam pengolahan bahan baku di dalam industri farmasi.
Problemnya, metode konvensional yang banyak digunakan masih bergantung pada pelarut organik, seperti etanol dan methanol, yang berisiko toksik serta berdampak buruk bagi lingkungan. Menjawab tantangan ini, pelarut alami berbasis bahan hayati, yakni Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.
Salah satu riset yang menyoroti potensi NADES dilakukan oleh Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm., mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI).
Baca juga: Sentra Medika Hospital Cibinong Resmikan SWICC, Inovasi Pusat Layanan Kanker Terintegrasi
Dalam disertasinya yang berjudul “Pemanfaatan NADES sebagai Pelarut Ekstraksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Pemisahan Asam Dikafeoilquinat serta Aktivitas Antioksidan dan Antiretroviralnya”.
Dia membedah dan mengkaji efektivitas NADES dalam mengekstraksi senyawa bioaktif dari tanaman lokal Indonesia.
Dalam penelitiannya, dia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.
Baca juga: RSUI Tandatangani Kerjasama Penelitian Klinis Produk Terapi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
“Beluntas ini mudah dijumpai di Indonesia, bahkan sering tumbuh di pekarangan rumah. Beluntas merupakan sumber herbal potensial untuk dikembangkan,” ujar Ermi dalam siaran pers yang diterima, Senin (14/07/2025).
Melalui serangkaian uji laboratorium, ditemukan bahwa kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen merupakan formulasi NADES paling optimal. Dari hasil ekstraksi tersebut, dia berhasil memisahkan salah satu senyawa utama, yakni 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian diteliti lebih lanjut.
Ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral secara in vitro.
Baca juga: LBM Bersama LTM PCNU Depok Gelar Pelatihan Pulasara Jenazah dan Shalat Bersanad
Studi in silico menunjukkan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, yang merupakan target penting dalam fase awal infeksi HIV.
Temuan Ermi membuka peluang pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral berbasis bahan alam Indonesia.
Capaian ini turut memperkuat posisi risetnya sebagai rujukan penting dalam pemanfaatan NADES, sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang berdaya saing global.
Baca juga: Sudah Terbit Izinnya, Warga Muhammadiyah Diimbau Menabung di Bank Syariah Matahari
Selain memberikan kontribusi praktis di bidang formulasi obat, penelitian Ermi juga membawa dampak signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Ermi telah mempublikasikan empat artikel riset dan dua artikel ulasan di jurnal internasional dengan reputasi tinggi (Scopus Q1–Q3). Salah satu artikelnya yang berjudul “Natural Deep Eutectic Solvents (NADES): Phytochemical Extraction Performance Enhancer for Pharmaceutical and Nutraceutical Product Development” dan terbit di jurnal Plants, telah dikutip 235 kali hingga Juli 2025. (***)