Capai Target Penyerapan 3 Juta Ton Dalam Negeri Dengan Strategi Menggandeng Para Pemegang Kebijakan Pangan

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Wujudkan swasembada pangan menjadi salah satu program utama kabinet Merah Putih, yang tentunya hal ini menjadi berita baik bagi para petani.
Tidak seperti tahun sebelumnya, di mana Indonesia melakukan impor 3,6 juta ton beras, pada tahun ini, pemerintah berkomitmen untuk tidak melakukan impor.
Karenanya sampai musim panen raya berakhir, yang diperkirakan pada akhir Mei 2025, Perum BULOG ditugaskan untuk menyerap gabah dan beras dalam negeri setara 3 juta ton beras.
Untuk memenuhi target tersebut, Perum BULOG berkoordinasi dengan kekuatan jaringan TNI-Polri khususnya Babinsa di desa-desa untuk memudahkan pemantauan panen di titik-titik produksi, pendampingan pada saat pembelian gabah di petani serta mencari penggilingan untuk bekerjasama dengan Perum BULOG.
Penyerapan beras dalam negeri saat ini sudah melebihi 100% target harian, sehingga tentunya realisasi target penyerapan dalam negeri makin mudah tercapai.
Firliana Purwanti selaku praktisi hukum, politisi, aktivis dan penulis mengatakan, “Dalam keadaan darurat ketahanan pangan, pemerintah bisa menempuh jalan terbaik demi terciptanya swasembada pangan, hal ini sesuai dengan UU no 18 tahun 2012 tentang pangan."
Bila kita melihat UU no 18 tahun 2012 pasal 30 ayat 1 memang dikatakan bahwa pemerintah berhak menyelenggarakan pengadaaan, pengelolaan dan penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 31 ayat 1 melengkapi pasal sebelumnya bahwa penyaluran cadangan pangan pemerintah, dilakukan untuk menanggulangi antara lain kekurangan pangan dan gejolak harga pangan.
Pada musim panen raya yang dimulai bulan Maret, diperkirakan Perum BULOG dapat menyerap secara maksimal sebesar 2,1 juta ton dari penggilingan padi dan 900 ribu ton dari petani.
Hal ini sesuai dengan informasi dari BPS dan Kementerian Pertanian (Kementan), di mana diperkirakan untuk musim panen kali ini (hingga April 2025) diperkirakan akan surplus sekitar 4,9 juta ton.
“Kebijakan penyerapan dalam negeri yang maksimal dapat menahan lonjakan harga beras dan menjaga pasokan pangan tetap stabil. Perum BULOG berperan sebagai penyangga antara petani dan konsumen, memastikan bahwa distribusi beras berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan yang dapat merugikan salah satu pihak,” jelas Agus Saifullah, pakar ekonomi pertanian.
Ketahanan pangan telah menjadi isu strategis global. Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) mencatat lebih dari 333 juta orang di 78 negara menghadapi kerawanan pangan tingkat akut. (***)