Home > Nasional

Ekosistem Industri Pertahanan Ikut Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8

Kebijakan ini dinilai sangat memungkinkan jika seluruh program pembangunan nasional dilaksanakan dengan tertib, efektif, efisien, dan terukur.
Ketua Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) Marsma Eris Herryanto bersama Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dudung Abdurahman di sela audiensi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Ketua Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) Marsma Eris Herryanto bersama Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dudung Abdurahman di sela audiensi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK – Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terus mencanangkan target ambisius untuk mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 8% pada masa pemerintahannya.

Proyeksi ini, tentu akan menjadi kontroversi di kalangan pengamat ekonomi di tanah air. Kebijakan ini dinilai sangat memungkinkan jika seluruh program pembangunan nasional dilaksanakan dengan tertib, efektif, efisien, dan terukur.

Dalam rangka mendukung visi ini, salah satu sektor strategis yang diharapkan memberikan kontribusi signifikan adalah industri pertahanan. Ketua Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan), Marsekal Madya TNI (Purn) Eris Herryanto menegaskan pentingnya pembangunan ekosistem industri pertahanan yang terintegrasi untuk mencapai target tersebut.

"Pembangunan industri pertahanan tidak hanya tentang kemandirian alat utama sistem persenjataan (alutsista), tetapi juga menjadi katalisator dalam menciptakan lapangan kerja, alih teknologi, serta peluang ekspor yang dapat mendongkrak PDB Indonesia secara berkelanjutan," ujar Eris Herryanto dalam audiensi bersama Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dudung Abdurahman.

Sebagai pilar pembangunan sektor industri, sektor industri pertahanan dengan segala kompleksitasnya menawarkan peluang besar melalui hilirisasi bahan baku, investasi teknologi, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam (SDA) serta sumber daya manusia (SDM) yang inovatif.

Modal sumber daya alam strategis ini, jika dimanfaatkan dengan baik, mampu mendorong pembangunan sentra industri pertahanan yang terintegrasi dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri.

Menurut Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurahman, diperlukan kesamaan frekuensi antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan untuk merealisasikan target ini. "Segala daya upaya perlu diarahkan agar industri pertahanan kita tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga berkontribusi dalam pasar global," tegasnya.

Lebih jauh Marsma TNI (Purn) Eris Herryanto mengingatkan bahwa banyak negara seperti Turki, Korea Selatan, India, dan China telah sukses membangun ekosistem industri pertahanan yang mandiri dan berkontribusi signifikan pada PDB mereka. Model pembangunan industri pertahanan di negara-negara ini dapat menjadi referensi bagi Indonesia.

"Kami akan melibatkan seluruh stakeholder, termasuk SDM lokal yang memiliki inovasi dan ide-ide orisinal. Generasi muda harus menjadi tulang punggung industri pertahanan modern Indonesia agar kita mampu bersaing dengan produsen Alutsista global," lanjut Eris.

Audiensi antara Forkominhan dan Penasehat Khusus Presiden menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis.

1. Penyusunan Roadmap Industri Pertahanan Indonesia melalui diskusi kelompok terarah (FGD) secara rutin.

2. Hilirisasi Industri Pertahanan dengan pendekatan end-to-end untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga.

3. Penguatan kolaborasi lintas sektor untuk mendorong inovasi teknologi dan menciptakan produk unggulan karya anak bangsa.

Selain itu, hasil diskusi ini diharapkan memberikan masukan konkret bagi penyusunan kebijakan yang berkelanjutan di sektor industri pertahanan, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan peluang besar dalam diplomasi internasional melalui kemandirian teknologi pertahanan.

Lebih jauh industri pertahanan dapat dijadikan sebagai bargaining chip. Dalam konteks geopolitik, kemandirian industri pertahanan memberikan keunggulan strategis bagi suatu negara.

Selain mendukung pembangunan pertahanan nasional, sektor ini juga membuka peluang diplomasi formal melalui produk pertahanan yang kompetitif.

Eris Herryanto menutup pernyataannya dengan optimisme. "Kami percaya, dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri, pencapaian pertumbuhan ekonomi bukan lagi sekadar angan. Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri pertahanan global yang membawa kebanggaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat," tandasnya.

Audiensi yang berlangsung di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini, menjadi tonggak penting bagi komitmen bersama antara Forkominhan dan pemerintah dalam membangun industri pertahanan yang berdaya saing tinggi dan berdampak positif bagi ekonomi nasional. (***)

× Image