Bisik-Bisik Anies dan Ahok Bakal Jadi Simbol Oposisi
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK - Anies Rasyid Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) duduk berdampingan dan saling berbisik dalam acara Bentang Harapan JakAsa di Balai Kota Jakarta, mengindikasikan makin eratnya hubungan kedua tokoh nasional tersebut.
Indikasi itu mendapat komentar Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta M Jamiluddin Ritonga, Kamis (03/01/2025).
Menurutnya, keeratan hubungan Anies-Ahok diharapkan dapat tertular ke pendukungnya. Setidaknya hubungan pendukung Anies dan Ahok dapat lebih cair, sehingga warga Jakarta lebih tentram dan harmonis.
"Harmonisnya pendukung Anies dan Ahok dapat menjadi kekuatan dalam membantu Pramono-Rano membangun Jakarta. Hal itu akan memudahkan Pramono-Rano merealisir janji-janji politiknya saat kampanye Pilkada 2024," paparnya.
Menurut Jamil, saling bisik Anies-Ahok bisa jadi salah satunya terkait hal itu. Dua tokoh tersebut bisa saja secara bersama akan menyampaikan dukungan penuhnya kepada Pramono-Rano dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
"Meskipun dukungan itu sudah disampaikan saat Pramono dan Rano sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, namun hal itu disampaikan secara terpisah. Efek politis, psikologis, dan sosiologisnya akan berbeda bila disampaikan bersamaan," imbuhnya.
Selain itu, Anies dan Ahok tampaknya akan melakukan pidato politik bersama. Pidato politik itu bisa jadi respons mereka terhadap persoalan berbangsa dan bernegara kontemporer.
Di antaranya bisa jadi berkaitan dengan Pilkada melalui DPRD, kembali ke UUD 1945, PPN 12 persen, pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan penanganan pelanggaran HAM. Isu-isu tersebut bisa jadi menjadi topik utama bila Anies dan Ahok melakukan pidato politik bersama.
"Jadi, Anies dan Ahok bisa saja menyampaikan hal-hal yang spesifik terkait Joko Widodo, terutama isu-isu sensitif terkait Jokowi pasca pensiun presiden," jelas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.
Anies dan Ahok menyampaikan hal itu bisa jadi sebagai awal mendeklarasikan sebagai simbol oposisi. Mereka ingin menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa saat ini.
Jamil juga melihat bahwa posisi itu berpeluang akan mereka ambil mengingat lemahnya partai oposisi saat ini. Hanya PDI Perjuangan yang saat ini berada di luar kekuasaan.
Kalau Anies dan Ahok dapat memposisikan sebagai simbol oposisi non-parlemen, maka kontrol terhadap pemerintah akan lebih berarti. Hal ini setidaknya dapat menyelamatkan demokrasi di tanah air.
"Bahkan tak menutup kemungkinan peran oposisi itu mereka ambil untuk persiapan Pilpres 2029. Bisa saja dua sosok itu akan berpasangan pada Pilpres 2029," tandasnya. (***)