FGD Mengembangkan Philosophy for Children di Sekolah
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Kepala SMP School of Human, Epong Utami bersama dengan Zona Nalar dan sejumlah praktisi pendidikan dari berbagai institusi, termasuk Highscope Alfa Indah, Madrasah Isiqlal, Habitus School, serta perwakilan dari sekolah negeri, mengadakan Focus Group Discussion (FGD) pada Sabtu 26 Oktober 2024.
Kegiatan ini berlangsung selama 4,5 jam dan bertujuan untuk membahas konsep Philosophy for Children (P4C) dalam konteks pendidikan di Indonesia.
Mengapa Philosophy for Children Penting?
Philosophy for Children adalah pendekatan yang bertujuan untuk menanamkan pemikiran kritis dan reflektif pada anak-anak.
Dengan mengajak siswa untuk berpikir secara filosofis, mereka didorong untuk mempertanyakan, merenungkan, dan mendiskusikan ide-ide yang kompleks.
Hal ini sangat penting dalam membentuk karakter dan cara berpikir siswa, yang akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Selama FGD, para peserta mendiskusikan berbagai perspektif mengenai bagaimana penanaman pemikiran filosofis dalam proses pembelajaran dapat memantik pemikiran kritis siswa.
Diskusi ini membuka wawasan baru tentang pentingnya membangun kebiasaan berpikir di kalangan anak-anak.
Berbagai Perspektif dari Praktisi Pendidikan
Salah satu poin penting yang dibahas dalam FGD adalah peran guru sebagai penggerak utama dalam proses pembelajaran. Para praktisi sepakat bahwa guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang mendukung diskusi dan pertanyaan.
Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga aktif berpartisipasi dalam diskusi yang mendalam.
Di samping itu, para peserta juga menekankan pentingnya pembiasaan diskusi di rumah. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam membangun kebiasaan berpikir kritis.
Diskusi yang terjadi di rumah dapat menjadi tempat awal bagi anak-anak untuk belajar bertanya, mendengarkan sudut pandang orang lain, dan membentuk opini mereka sendiri.
Membangun Kebiasaan Reflektif
Salah satu topik menarik yang diangkat dalam FGD adalah bagaimana membangun kebiasaan reflektif dari segala aktivitas yang dilakukan.
Refleksi adalah kunci untuk memahami pengalaman dan memperbaiki diri. Melalui refleksi, siswa diajak untuk mempertimbangkan hasil dari tindakan mereka, baik dalam konteks akademik maupun sosial.
Praktisi pendidikan yang hadir berbagi pengalaman tentang berbagai metode yang dapat digunakan untuk membangun kebiasaan reflektif ini.
Beberapa di antaranya termasuk jurnal refleksi, diskusi kelompok kecil, dan sesi tanya jawab yang terstruktur. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar untuk berpikir kritis, tetapi juga untuk memahami diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.
Mengintegrasikan P4C dalam Kurikulum
Diskusi dalam FGD juga mencakup bagaimana mengintegrasikan P4C ke dalam kurikulum yang ada. Hal ini melibatkan kolaborasi antara guru, sekolah, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
Misalnya, guru dapat merancang kegiatan yang mendorong siswa untuk berpikir secara filosofis dalam berbagai mata pelajaran, bukan hanya dalam kelas filsafat.
FGD ini menyoroti pentingnya penerapan Philosophy for Children dalam pendidikan. Dengan berbagai perspektif yang dipaparkan oleh para praktisi pendidikan, acara ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana kita dapat mendorong pemikiran kritis dan reflektif di kalangan siswa.
Keterlibatan guru dan pembiasaan diskusi di rumah menjadi dua faktor kunci dalam penanaman pemikiran filosofis ini.
Dengan membangun kebiasaan berpikir kritis, kita tidak hanya mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan akademik, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang berharga.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai hasil diskusi ini, Anda dapat melihatnya di saluran YouTube Zona Nalar.
Semoga diskusi ini dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan pendidikan yang lebih holistik dan bermakna bagi generasi mendatang. (***)
Penulis : Epong Utami (Kepala SMP School of Human dan Certified Trainer Of ROOTS)