Home > Sports

Orang Depok Nggak Sabar Nonton Miliano Jonathan Bermain di Timnas Indonesia, "Gue Orang Depok Bro!"

"Gue asli jalan pemuda bang!, tulis Miliano Jonathans yang baru-baru ini memberikan komentar di instagram melalui akun pribadinya.
Miliano Jonathans usai merayakan gol di klub Vitesse Arnhem. Miliano berada di posisi kedua top skor Liga Divisi 2 Belanda. (Foto: Dok Ruzka Indonesia)
Miliano Jonathans usai merayakan gol di klub Vitesse Arnhem. Miliano berada di posisi kedua top skor Liga Divisi 2 Belanda. (Foto: Dok Ruzka Indonesia)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Walaupun belum ada kepastian proses naturalisasi, namun warga Kota Depok tak sabar ingin menyaksikan penampilan Miliano Jonathan di Tim Nasional (Timnas) Indonesia.

Pemain sepakbola klub asal Belanda, Vitesse Arnhem saat ini masih menjadi rebutan serikat sepakbola Belanda (KNVB) dan Indonesia (PSSI).

Pelatih Timnas Belanda, Ronald Koeman kepincut Miliano Jonathans dan masuk dalam radar Timnas De Oranje.

Sedangkan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir terus melakukan komunikasi dengan pemain muda keturunan Belanda Depok itu, untuk melakukan naturalisasi.

Milano Jonathans juga mengaku sudah dihubungi Erick Thohir. Bahkan sang ayah sudah mengizinkan pemain berusia 20 tahun yang lahir di Arnhem Belanda 5 April 2004 itu bergabung di skuad Garuda.

"Kami senang dan tak sabar ingin menyaksikan saudara kami bermain di Timnas Indonesia," kata seorang warga Kota Depok, Gerald Jonathans, Rabu (23/10/2024).

"Gue orang Depok bro! Bangga Timnas. Adakah orang Depok yang nggak bangga?," sindir Novli, seorang warga Kota Depok yang geram dengan komentar seorang anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Kota Depok-Bekasi, Nuroji yang tak bangga dengan Timnas Indonesia saat ini karena mempersoalkan naturalisasi.

Milano Jonathans diketahui memiliki darah dan keturunan Indonesia dari sang Nenek ayahnya yang berasal dari Kota Depok, Jawa Barat (Jabar).

“Ayahku sangat cinta dengan Indonesia. Ayahku juga bilang kangen banget sama makanan Indonesia, setelah liburan dia cuma ngobrol tentang makanan saja,” terangnya.

Jika ditelisik, nama belakang Jonathans merupakan salah satu marga orang-orang keturunan Belanda Depok.

Ada 12 marga utama yang kini menghuni kawasan Depok Lama, di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

Dua belas marga tersebut, yakni Bacas, Isakh, Jonathans, Jacob, Joseph, Loen, Laurens, Leander, Tholense, Soedira, Samuel, dan Zadokh.

"Gue asli jalan pemuda bang!,” tulis Miliano Jonathans yang baru-baru ini memberikan komentar di instagram melalui akun pribadinya.

Ini Jalan Pemuda yang disebut Miliano Jonathans. Jalan Pemuda merupakan jalan utama yang menjadi pusat pemerintahan Belanda Depok di masa daerah otonom Depok 1696-1952. Tampak sebuah rumah peninggalan Belanda saat ini menjadi Restoran Cornelis. (Foto: Rusdy Nurdiansyah/Ruzka Indonesia)
Ini Jalan Pemuda yang disebut Miliano Jonathans. Jalan Pemuda merupakan jalan utama yang menjadi pusat pemerintahan Belanda Depok di masa daerah otonom Depok 1696-1952. Tampak sebuah rumah peninggalan Belanda saat ini menjadi Restoran Cornelis. (Foto: Rusdy Nurdiansyah/Ruzka Indonesia)

Berdasarkan Wikipedia, Depok tempo dulu merupakan kawasan pertanian dan perkebunan yang dimiliki seorang tuan tanah dan juga petinggi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) bernama Cornelis Chastelein.

VOC merupakan sebuah kongsi dagang Hindia Timur Belanda pada 1602-1799. Cornelis Chastelein bermukim di Depok bersama keluarga dan para pembantunya yang berada dar Makassar, Minahasa, Bali dan Timor pada 1696-1714.

Cornelis Chastelein meninggal dunia pada 28 Juni 1714. Sesudah wafatnya Cornelis, sikap pemerintah Belanda kepada anak keturunan dan para pembantunya yang disebut Kaoem Depok sama seperti saat Cornelis masih hidup. Kaoem Depok bebas dari tekanan pemerintahan kolonial Belanda.

Nama Depok sendiri merupakan akronim dari De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen (bahasa Indonesia: Organisasi Pertama bagi Kristen Protestan).

Depok adalah sebuah desa otonom yang diberi status setingkat republik di Hindia Belanda. Penduduk yang mendiami wilayah Depok disebut sebagai "Kaoem Depok" atau "Belanda Depok".

Gagasan ini dicetus oleh pengacara asal Batavia, RH Kleijn pada 1871 dengan nama "Gemeente Depok". Konsep tersebut benar-benar dilaksanakan pada 14 Januari 1913.

Formasi pemerintahan dikelola oleh Dewan Kota Depok (bahasa Belanda: Gemeente Bestuur Depok) yang pemimpinnya tidak disebut sebagai Wali Kota, melainkan Presiden. Kepemimpinannya dilakukan pemilihan internal dengan pemenang undi terbanyak yang dipilih oleh delapan anggota komisioner.

Hingga akhirnya, Depok memiliki Presiden pertama pada tahun 1913 dengan nama pemerintahan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok, yang terpilih menjadi presiden yakni Gerrit Jonathans.

Setelah itu terdapat 3 Presiden yang memimpin, antara lain Martinus Laurens yang menjabat pada 1921, Leonardus Leander yang menjabat pada 1930, dan Johannes Matjis Jonathans yang menjabat pada 1952.

Nama belakang Jonathans yang dimiliki Miliano merupakan nama marga Jonathans yang merupakan garis keturunan presiden pertama Depok, Gerrit Jonathans dan presiden keempat Depok dan juga terakhir yakni Johannes Matjis Jonathans.

Dalam komentar Miliano Jonathans menyebutkan Jalan Pemuda. Jalan tersebut merupakan sebuah nama jalan raya sekaligus pusat bersejarah dan bangunan peninggalan Belanda.

Pada zaman penjajahan Belanda, Jalan Pemuda merupakan jalan utama dan pusat pemerintahan Cornelis Chastelein yang menghubungkan jalan utama lainnya yang sekarang bernama Jalan Siliwangi dan Jalan Kartini yang berada di kawasan Depok Lama.

Di Jalan Pemuda terdapat gereja tertua yang berdiri tahun 1713 yakni Gereja GPIB Immanuel Depok, Tugu Cornelis Chastelein, Rumah Presiden Depok dan Istana Presiden Depok yang sekarang terbengkalai, serta puluhan rumah kuno berarsitektur penjajahan Belanda.

Ini bangunan tua peninggalan Belanda yang masa daerah otonom Depok menjadi Istana Presiden Depok. Tampak juga berdiri Tugu Cornelis Chastelein. Bangunan yang berada di Jalan Pemuda dan sempat menjadi Rumah Sakit Harapan Depok ini dalam kondisi terbengkalai dan tak terawat. (Foto: Rusdy Nurdiansyah/Ruzka Indonesia)
Ini bangunan tua peninggalan Belanda yang masa daerah otonom Depok menjadi Istana Presiden Depok. Tampak juga berdiri Tugu Cornelis Chastelein. Bangunan yang berada di Jalan Pemuda dan sempat menjadi Rumah Sakit Harapan Depok ini dalam kondisi terbengkalai dan tak terawat. (Foto: Rusdy Nurdiansyah/Ruzka Indonesia)

Meski jadi incaran Timnas Belanda, Miliano disebutkan bersikeras untuk bisa membela skuad merah putih. Miliano diyakini sudah mengukuhkan pilihannya untuk satu tempat saja.

Tentu fans Garuda berharap, Miliano Jonathans dapat segera bergabung dengan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong (STY).

Kehadiran Miliano Jonathans diharapkan dapat meningkatkan daya serang Timnas Indonesia. Pemain yang memiliki tinggi 1,78 cm ini tidak hanya memiliki kemampuan sebagai penyerang dan gelandang serang, tetapi juga bisa ditempatkan sebagai penyerang sayap.

Jika Miliano Jonathans berhasil dinaturalisasi Timnas Indonesia, pemain yang mendapatkan kontrak profesional sejak usia 16 tahun itu itu tak bisa memperkuat skuad Garuda saat menjamu Jepang pada 15 November 2024 dan Arab Saudi pada 19 November 2024 di match day kelima dan keenam Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Paling cepat, Miliano Jonathans bisa memperkuat Timnas Indonesia saat tandang ke markas Australia pada Kamis 20 Maret 2025.

Jadi warga Kota Depok perlu bersabar hingga akhirnya menyaksikan Erick Thohir bersalaman dengan Miliano Jonathans. (***)


× Image