Hari Santri, Pemerintah Diminta Perkuat Beasiswa, Pertukaran Pelajar, dan Pelatihan Kewirausahan
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK — Peringatan Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober merupakan pengakuan dan apresiasi negara terhadap kontribusi santri kepada bangsa dan negara yang telah konsisten menjaga dan merawat NKRI. Dalam lintasan sejarah bangsa, santri sudah teruji dan terbukti terus berkiprah menebar maslahat dan senantiasa menjadi pilar kekuatan Indonesia.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta yang juga pemerhati pendidikan Fahira Idris mengungkapkan, Hari Santri Nasional merupakan momen penting untuk merefleksikan peran besar para santri dalam perjalanan bangsa Indonesia. Santri bukan hanya sosok yang mengabdikan diri pada ilmu agama, tetapi juga individu yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya bangsa.
“Jika dulu ikut berjuang merebut kemerdekaan, kini santri menjadi pilar penting pembangunan. Untuk itu, setidaknya terdapat tiga program yang saat ini dibutuhkan santri dari Pemerintah yaitu pertama, memperbanyak beasiswa untuk para santri baik di sekolah/kampus yang ada di dalam maupun luar negeri. Kedua, menggiatkan program pertukaran pelajar untuk para santri ke sekolah-sekolah di luar negeri. Ketiga, mengintensifkan dan mengefektifkan pelatihan kewirausahaan di pesantren-pesantren agar para santri siap menjadi wirausahawan,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Menurut Senator Jakarta ini, santri, baik di tingkat madrasah maupun pesantren, harus diberikan akses pendidikan yang lebih luas. Program beasiswa yang lebih inklusif akan membuka pintu kesempatan bagi para santri untuk melanjutkan pendidikan formal di berbagai jenjang, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Beasiswa ini dapat mencakup pendidikan agama, sains, teknologi, hingga ilmu sosial dan ekonomi. Dengan adanya program beasiswa yang diperluas, santri tidak hanya bisa menimba ilmu di pesantren, tetapi juga berkesempatan meraih pendidikan di universitas terkemuka dunia.
Sedangkan program pertukaran pelajar menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan santri pada budaya dan tradisi pendidikan di luar negeri. Melalui program ini, para santri dapat mengembangkan wawasan global, memahami berbagai perspektif dunia, dan memperluas jaringan internasional.
Pertukaran pelajar ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman santri dalam konteks akademik, tetapi juga akan memperkuat hubungan antarbangsa, terutama di kalangan komunitas muslim internasional.
Selain pendidikan akademis, lanjut Fahira Idris, kewirausahaan harus menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan santri. Pesantren, dengan kemandirian dan tradisi ekonominya, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan kewirausahaan.
Pemerintah juga perlu mendorong pelatihan kewirausahaan di pesantren untuk menumbuhkan para santri yang siap menjadi wirausahawan mandiri setelah mereka lulus.
“Melalui pelatihan ini, santri dapat mempelajari dasar-dasar bisnis, manajemen, hingga teknologi digital yang sangat relevan dalam dunia usaha saat ini. Program kewirausahaan ini juga dapat dikaitkan dengan pengembangan ekonomi lokal, di mana pesantren menjadi pusat ekonomi yang dapat memberdayakan masyarakat sekitar,” pungkas Fahira Idris. (***)