Permodalan BRI Masih Kuat dan Mampu Beri Dividen
RUZKA INDONESIA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso menilai bahwa perseroan masih memiliki permodalan yang kuat sehingga masih mampu memberikan dividen.
“Dividen BRI pasti di level yang tinggi, karena itu tidak masalah bagi permodalan BRI,” kata Sunarso dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Ia menyatakan bahwa rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan tercatat sebesar 25,13 persen pada akhir triwulan II 2024.
Hal tersebut disebabkan adanya tambahan modal senilai Rp 41 triliun yang berasal dari right issue pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian.
“Saya sebagai CEO yakin bahwa sampai 5 tahun ke depan berapa pun laba BRI, layak dibagi dalam bentuk dividen. Karena apa? Karena memang tidak dibutuhkan untuk menahan laba untuk memperkuat modal, karena modalnya sudah sangat kuat,” ujarnya.
Sunarso mengatakan bahwa pembagian dividen nantinya tergantung dari persetujuan otoritas, termasuk Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau dividend payout ratio-nya tinggi, itu harus. Tapi bagaimana cara membayarnya? Apakah langsung sekaligus atau dicicil dalam bentuk interim? Itu subjek persetujuan dari otoritas,” tuturnya.
Tidak hanya rasio kecukupan modal yang baik, ia menyampaikan bahwa pertumbuhan laba perseroan juga tercatat positif hingga akhir triwulan II 2024.
Perseroan secara konsolidasian berhasil mencetak laba Rp29,9 triliun hingga akhir triwulan II 2024.
Pencapaian tersebut salah satunya didorong dari penyaluran kredit yang mencapai Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,2 persen year-on-year (yoy).
Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit dengan porsi mencapai 81,96 persen, atau sekitar Rp1.095,64 triliun.
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset perseroan tercatat meningkat 9,54 persen yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun.
“Rasio loan at risk (LAR) tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94 persen pada akhir triwulan II 2023 menjadi 12 persen pada akhir triwulan II 2024,” ucap Sunarso.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) berada di kisaran 3,05 persen dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,6 persen.
Terkait pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikelola perseroan tercatat tumbuh 11,61 persen yoy menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun.
Dana murah atau current acount saving account/CASA (tabungan dan giro) masih mendominasi struktur DPK perseroan dengan porsi mencapai 63,17 persen.
“Dengan fundamental keuangan yang baik, serta kemampuan BRI melayani masyarakat yang semakin luas, ditambah dengan adanya sumber pertumbuhan baru dari holding ultra mikro, BRI optimis dapat terus menorehkan kinerja positif dan berkelanjutan,” imbuh Sunarso. ***