Home > Bisnis

Pemkot Depok Terus Berupaya Atasi Permasalahan Sampah dengan Serius

Data yang dirilis kementerian, jumlah penduduk Kota Depok saat ini sekitar 2,1 juta jiwa, dengan rasio produksi sampah per hari 0,59 kilogram (kg) per jiwa.
Ketua PWI Kota Depok, Rusdy Nurdiansyah sedang menunjukkan gunungan sampah di TPS warga di Jalan Jawa, Perumnas Depok Utara, Beji, Kota Depok. (Foto: Dok Ruzka Indonesia)
Ketua PWI Kota Depok, Rusdy Nurdiansyah sedang menunjukkan gunungan sampah di TPS warga di Jalan Jawa, Perumnas Depok Utara, Beji, Kota Depok. (Foto: Dok Ruzka Indonesia)

RUZKA INDONESIA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus berupaya mengatasi permasalahan sampah dengan serius. Tentu permasalahan sampah ditangani mulai dari optimalisasi Unit Pengolahan Sampah (UPS), Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) hingga pengurangan sampah lama di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.

Data yang dirilis kementerian, jumlah penduduk Kota Depok saat ini sekitar 2,1 juta jiwa, dengan rasio produksi sampah per hari 0,59 kilogram (kg) per jiwa.

Adapun jika ditotal jumlahnya itu sekitar 1.265 ton per hari dan yang masuk ke TPA Cipayung sekitar 900-1.000 ton sampah per hari.

"Karena selebihnya masuk ke UPS atau Unit Pengolahan Sampah dan bank sampah yang ada di Kota Depok," ujar Wali Kota Depok, Mohammad Idris dalam keterangan yang diterima, Ahad (25/08/2024).

Lanjut Idris, sampah-sampah tidak terpilah yang masuk ke TPA ini yang menjadi sebuah permasalahan, 80 persen yang masuk ke TPA itu jadi 900 hingga 1.000 ton per hari.

Berbagai upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Pemkot Depok, pada jangka pendek, salah satunya yang dengan melakukan penegakan Peraturan Daerah (Perda).

“Kita dibantu juga oleh anggota dewan sebagai wakil rakyat untuk mensosialisasikan, sehingga kita kalau di eksekutif itu membentuk gerakan pemburu sampah liar dan ini harus kita tindak secara peraturan ketentuan Perda,” jelasnya.

Kedua, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok menambah jumlah armada pengangkutan dan alat berat ini untuk menunjang pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir.

"Lalu melakukan optimalisasi sarana prasarana (sarpras) yang tersedia juga optimalisasi UPS. Dan, UPS ini unit pengolahan sampah yang ada di tiap kecamatan untuk melakukan pengolahan sampah dan pemilahan sampah organik, dengan meningkatkan kapasitas pengolahannya, kita efektifkan, kita revitalisasi,” jelas Idris.

Ia menambahkan, pihaknya juga melakukan penataan TPA, dengan menambah sarana dan prasarana alat berat dan penambahan jam operasional TPA.

“Jam operasional sekarang ini kita buat, dari 8 menjadi 10 jam, tentunya dengan konsekuensi penambahan biaya kerja mereka,” terang Idris.

Idris,, melanjutkan, sarpras alat-alat berat juga menjadi penting pada upaya jangka pendek yang dilakukan, karena alat berat ini yang menyapu dan meratakan sampah di atas untuk arahkan ke tempat yang masih rendah.

Lalu untuk jangka menengah, DLHK Depok berupaya mengurangi pengurangan sampah lama di TPA Cipayung dengan menggunakan landfill.

“Jadi ini menggunakan alat landfill meaning dengan kapasitas 70 ton per jam, artinya gunungan-gunungan sampah yang ada juga kita lakukan pengurangan gunungan dengan cara ini,” ungkapnya.

Ia mengutarakan, tak hanya itu, Pemkot Depok juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mendapatkan bantuan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di dekat TPA Cipayung.

Nantinya, TPST ini akan mengolah sampah menjadi RDF atau Refuse Derived Fuel dengan kapasitas pengolahan 300 ton per hari.

Pemkot Depok juga kembali berupaya membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Provinsi Jawa Barat untuk melakukan pengiriman sampah ke TPPAS Lulut Nambo.

“Ini yang memang selalu ditunda-tunda, jadi kemarin kita melakukan PKS kembali ke provinsi sebanyak 10 ton per hari untuk jangka menengah untuk mengurangi sampah dan akan ditingkatkan setiap tahun, ini kita sudah buatkan MoU,” jelasnya.

Kemudian, dalam jangka waktu dekat ini, Pemkot Depok juga akan membuat Badan Layanan Umum Daerah atau BLUD pelayanan persampahan.

Tujuannya, untuk fleksibilitas dalam hal kerja sama dan operasional persampahan.

“Kita juga mengusulkan bantuan ke Provinsi Jawa Barat juga jangka menengah, melalui program bantuan keuangan dana kompetitif ini sudah kita lakukan dan dalam pembahasan, yaitu mesin RDF dengan kapasitas 60 ton sampah per hari. Dengan alat ini akan membantu dan menambah alat RDF yang dapat hibah dari pusat,” papar Idris.

Sedangkan untuk upaya jangka panjang, Pemkot Depok akan berupaya meningkatkan secara bertahap pengiriman sampah ke TPPAS Lulut Nambo hingga 700 ton per hari.

Kemudian, memperbanyak pengolahan sampah skala kawasan dengan teknologi ramah lingkungan.

Terakhir, Pemkot Depok sedang menjajaki kerja sama dengan PT Indocemen dan pihak ketiga lainnya untuk mengambil sampah lama yang ada di TPA Cipayung.

“Jadi tumpukan sampah yang lama pun akan kita kelola dengan indocement dan pihak ketiga juga. Mereka siap mengambil sampah lamanya 1.500 ton perhari,” tutur Idris. (***)

× Image