Puan Ajak HAN Ke-40 Momentum Ciptakan Dunia Digital Sehat bagi Anak
RUZKA INDONESIA - Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak masyarakat menjadikan momentum peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Ke-40 dengan tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" untuk menciptakan dunia digital yang sehat bagi anak.
"Selamat Hari Anak Nasional tahun 2024. Peringatan HAN kali ini dapat menjadi momen pengingat untuk pentingnya jaminan hak-hak bagi anak, termasuk hak anak untuk mendapat akses dunia digital yang sehat," kata Puan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (23/7/2024).
Menurut dia, perlindungan terhadap anak di ranah digital perlu menjadi atensi bersama, sebab kemudahan dalam mengakses dunia internet tanpa diiringi pengawasan dapat memunculkan sejumlah konsekuensi hingga anak rentan menjadi korban kejahatan online atau daring.
"Anak-anak zaman sekarang memang perlu melek teknologi, namun tetap perlu pendampingan orang tua agar terhindar dari dampak negatif teknologi itu sendiri," ujarnya.
Dia menuturkan beberapa hal terkait kerentanan pada ranah digital bagi anak yang menjadi perhatian global, di antaranya cyberbullying, sextortion, scam, hoax, child grooming, pornografi, hingga eksploitasi dan pelecehan seksual anak daring.
"Maka dibutuhkan kolaborasi multi-pihak baik dari Pemerintah, DPR, lembaga penegak hukum, pelaku dunia pendidikan, dan masyarakat itu sendiri untuk berkomitmen menciptakan dunia digital yang sehat dan ramah untuk anak," ucapnya.
Di sisi lain, dia menuturkan bahwa dampak baik dari kemajuan teknologi bagi karakter anak yang masuk dalam generasi digital saat ini, di antaranya adalah aktif dalam mengekspresikan diri, memiliki wawasan yang luas, menyukai kebebasan, ingin memiliki kontrol, hingga memiliki kemampuan adaptasi teknologi yang baru.
"Itu adalah hal positif yang dapat dikembangkan untuk menjadikan anak Indonesia semakin kreatif dan unggul," katanya.
Bahkan, lanjut dia, saat ini kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah banyak yang dilakukan secara daring sehingga para siswa dapat mengakses informasi secara mudah, seperti di era pandemi pada 2020 lalu.
Meski demikian, dia kembali mengingatkan teknologi tanpa pengawasan dapat berdampak buruk terhadap perkembangan anak.
"Karakteristik generasi anak digital itu sangat berbeda. Mereka lebih adaptif dan suka kebebasan, sehingga perlu adanya pengawasan dari orangtua, namun tetap memberikan ruang mereka untuk mengeksplorasi diri, memanfaatkan teknologi tapi tetap dengan batasan-batasan wajar," ujarnya.
Dia juga tetap meminta orangtua dan pihak sekolah memberikan batasan akses penggunaan internet kepada anak sebab penggunaan teknologi secara berlebihan cenderung membawa beragam masalah bagi anak. Mulai dari, kesehatan mental, kekurangan fokus, kurangnya kreativitas alami, keterlambatan dalam belajar bahasa, dan beberapa masalah sosial lainnya.
"Hal-hal negatif seperti itu yang perlu diantisipasi. Jangan sampai anak-anak terpapar teknologi yang negatif. Maka agar anak cerdas dan berprestasi, pastikan mereka berinternet secara sehat. Dan itu menjadi tugas kita bersama," ucapnya.
Puan meminta pula Pemerintah untuk memastikan pemerataan infrastruktur teknologi yang akan mendukung peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya bagi anak-anak yang berada di wilayah tertinggal, terdepan, terluar, dan perbatasan (3TP).
"PR yang masih harus dilakukan Pemerintah ialah memastikan jaringan internet dan infrastruktur teknologi lainnya sudah tersebar ke seluruh daerah di tanah air, bukan hanya di kota-kota besar saja," kata dia. ***