Kanker Payudara, Kenali Payudara, Sayangi Dirimu
ruzka.republika.co.id--Ibu merupakan sosok yang sangat berharga bagi setiap orang. Peran ibu begitu besar dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Perjalanan ibu penuh dengan tantangan, dimulai dari mengandung anak selama kurang lebih 9 bulan, melahirkan, menyusui, dan terus membersamai anak hingga dewasa.
Menjaga kesehatan dan kebahagiaan dari seorang ibu adalah hal yang sangat penting. Salah satunya, menjaga kesehatan payudara dari kanker yang banyak 'menghantui' kaum wanita.WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2020, terdapat 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara dan terdapat 685 ribu kematian akibat kanker payudara secara global.
Hingga akhir tahun 2020, terdapat 7,8 juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara dalam 5 tahun terakhir. Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita di seluruh dunia. Sekitar 99 persen kejadian kanker payudara dialami oleh wanita.
RSUI bekerja sama dengan Ikatan Wanita Keluarga Fakultas Ilmu Komputer UI menyelenggarakan Seminar Awam Bicara Sehat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kanker payudara dan pencegahannya, pada peringatan Hari Ibu 22 Desember 2022 lalu.
Seminar ini dimoderatori oleh dr. Afni Fatmasari, Sp.PD yang merupakan dokter sekaligus anggota dari Ikatan Wanita Keluarga Fakultas Ilmu Komputer UI.
Narasumber dalam Bicara Sehat ini yaitu dr. Aris Ramdhani, Sp. B yang merupakan seorang Dokter Spesialis Bedah di RSUI. Dokter Aris membawakan materi dengan tema “Kanker Payudara: Kenali Payudara, Sayangi Dirimu”.
Dokter Aris mengawali materi dengan menjelaskan perbedaan tumor dan kanker. Tumor adalah suatu benjolan yang sifatnya jinak, dimisalkan seperti bakso yang permukaannya licin. Sementara kanker adalah benjolan yang sifatnya ganas dan pertumbuhan sel-selnya tidak terkendali, dimisalkan seperti bakso yang memiliki kaki-kaki yang keluar.
Pembelahan sel-sel kanker terjadi terus-menerus dan tidak terkontrol.Segala sesuatu yang meningkatkan risiko kanker disebut dengan karsinogen.
Penyebab kanker hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, karena bersifat multifaktorial yaitu gabungan dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kanker payudara yaitu riwayat keluarga dari garis ibu menderita kanker payudara, riwayat radiasi untuk pengobatan di daerah dada.
Kemudian, usia menstruasi pertama kali sangat muda, usia menopause terlambat (lama mengalami menstruasi yaitu lebih dari 30 tahun), tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap (full term), usia saat pertama kali hamil lebih dari 35 tahun.
Lalu, tidak pernah menyusui bayi, menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada wanita dengan risiko kanker payudara, menggunakan terapi hormonal setelah menopause, berat badan berlebih. Namun tidak ada jaminan orang-orang yang tidak punya faktor risiko tidak akan terkena kanker payudara.
Dokter Aris mengatakan bahwa ada faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu terkait riwayat keluarga dan genetik, sementara ada faktor risiko yang bisa diubah yaitu terkait menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik.
Terkait makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat, dokter Aris mengatakan tidak sepenuhnya harus dihindari, namun tetap harus dibatasi agar tidak berlebihan agar indeks massa tubuh normal. Konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko kanker payudara, terutama sayuran hijau.
Selain itu, kandungan fitoestrogen pada kedelai juga dapat mengurangi kekambuhan. Sekitar 90 persen kasus kanker payudara tidak punya riwayat keluarga dan tidak ada jaminan orang yang tidak punya faktor risiko tidak akan terkena kanker. Kanker payudara ternyata juga tidak hanya terjadi pada wanita, sebanyak 1 persen kasus kanker payudara terjadi pada pria.
Dokter Aris menekankan pada pentingnya melakukan pencegahan dan deteksi dini dengan mewaspadai adanya benjolan. Semua wanita yang sudah mulai menstruasi berisiko terkena kanker payudara, karena ada hubungan antara kanker payudara dengan semakin lama dengan paparan estrogen.
Deteksi dini yang paling efektif adalah dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Pemeriksaan SADARI ini sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Jika mendapati adanya kelainan pada payudara, maka harus secepat mungkin memeriksakan diri ke ahli medis.
Beberapa kelainan yang harus diwaspadai diantaranya, ada benjolan di payudara atau ketiak atau leher, perubahan kulit menebal, mengkerut, atau menjadi seperti jeruk purut, perubahan letak dan bentuk puting, keluar cairan dari puting bukan pada saat menyusui, nyeri pada payudara, dan luka sekitar puting yang tidak sembuh.
Dokter Aris mengatakan untuk mencegah kanker payudara, konsultasi ke dokter sebaiknya tidak hanya saat adanya kelainan. Bagi perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun (direkomendasikan sejak usia 25 tahun) hendaklah melakukan pemeriksaan klinis payudara secara rutin ke dokter. Sementara bagi perempuan berusia 20-an tahun dapat mengunjungi dokter satu kali tiap dua tahun dan usia 30-an sekali setahun.
Jika benar terdiagnosis kanker payudara, prinsip penting pertama yaitu semakin dini stadium saat ditemukan maka semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi. Terapi pilihan pertama pada kanker payudara adalah operasi. Operasi akan mengeliminasi sumber kanker yang berpotensi melepaskan anak sebar dengan syarat kanker tersebut masih resectable atau tidak ada penyebaran jauh.
Bila kanker bersifat invasif, operasi saja tidak cukup karena ada ancaman penyebaran di organ jauh, sehingga butuh terapi tambahan (adjuvan) yang bersifat sistemik (mengenai seluruh organ di tubuh). Cara lainnya yaitu dengan memberikan terapi sistemik sebelum operasi, mendahului terapi utama (neoadjuvan) untuk mengecilkan ukuran kanker dan mencegah timbul penyebaran serta meningkatkan angka harapan hidup pasien.
Dokter Aris juga menyebutkan beberapa jenis pilihan operasi kanker payudara, diantaranya mastektomi, yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara dan umumnya disertai pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak, breast conserving surgery, yaitu tindakan pengangkatan kanker saja (tidak mengankat seluruh jaringan payudara) dengan syarat batas sayatan yang ditinggalkan bebas kanker dan wajib dilengkapi setelahnya dengan terapi radiasi dan onkoplasti yaitu upaya rekonstruksi payudara yang bertujuan untuk mengisi rongga yang ditinggalkan dan membentuk kembali payudara. Sementara untuk opsi terapi non pembedahan yaitu ada yang bersifat lokal yaitu radioterapi dan bersifat sistemik contohnya kemoterapi.
Untuk para survivor kanker payudara, dokter Aris menyarankan agar tetap melakukan follow up rutin untuk mencegah kemungkinan kambuh. Tetap lakukan SADARI setiap bulan, dan mammografi setiap 6-12 bulan untuk pasca BCS. Selain itu berhati-hati terhadap munculnya benjolan baru, nyeri tulang, nyeri dada, sesak, nyeri perut, dan sakit kepala menetap.
Di akhir dokter Aris memberikan kesimpulan bahwa tiap perempuan yang sudah menstruasi berisiko mengalami kanker payudara. Sayangi diri kita dengan mengenali faktor risiko, lakukan gaya hidup yang sehat, serta jangan lupa untuk melakukan deteksi dini khususnya SADARI, karena deteksi dini akan menyelamatkan banyak nyawa.
Antusiasme peserta cukup tinggi terhadap kegiatan ini, dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang yang terdiri dari tenaga kependidikan, staf, dan keluarga staf Fasilkom UI. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar tema yang tengah dibahas. Salah satunya terkait apakah mengonsumsi makanan manis bisa menyebabkan kanker.
Dokter Aris mengatakan bahwa hubungannya tidak langsung, konsumsi gula yang menumpuk membentuk lemak. Lemak membuat pelepasan hormon meningkat, yang bisa meningkatkan risiko kanker. Namun, jika konsumsi gula tidak berlebihan, hal ini masih aman. Selain itu ada peserta yang bertanya tentang kapan waktu SADARI yang tepat untuk laki-laki, karena tadi laki-laki juga bisa terkena kanker payudara.
Dokter Aris mengatakan untuk laki-laki tidak ada waktu khusus, kapan saja bisa, karena laki-laki tidak mengalami pelepasan hormon bulanan (haid). (Rusdy Nurdiansyah)