Mahasiswa UI Depok Sosialisasikan Pencegahan Stunting di Pandeglang
ruzka.republika.co.id--Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan pada 2021 menunjukkan angka prevalensi balita stunting di Banten masih di atas rata-rata nasional, yaitu 24,5 persen. Dari angka tersebut, Pandeglang menyumbang angka terbanyak, yaitu 37,8 persen.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang, Provinsi Banten sebenarnya sudah mengupayakan percepatan penurunan angka stunting yang diatur melalui Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2019 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Upaya ini nampaknya belum efektif untuk menangani masalah stunting di Kabupaten Pandeglang, karena itu diiperlukan usaha yang lebih masif, efisien, dan efektif untuk dapat mengatasi masalah stunting.
Hal ini menjadi alasan mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI berkolaborasi mengadakan sosialisasi pencegahan stunting bagi ibu hamil di Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada masyarakat terkait permasalahan stunting.Penyebab utama permasalahan stunting adalah kebutuhan gizi anak yang belum terpenuhi.
Pada dasarnya hal itu berkaitan dengan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) pada anak. Oleh karena itu, materi yang disampaikan dalam sosialisasi ini meliputi gejala yang terjadi sepanjang fase kehamilan, pemenuhan gizi anak untuk mencegah stunting, serta hak anak atas makanan bergizi sebagai bentuk pemeliharaan orang tua.
Ada beberapa cara untuk mencegah anak terkena stunting. Pertama, penuhi kebutuhan gizi ibu hamil. Keluarga sebagai lingkungan terdekat harus memiliki kesadaran bahwa asupan gizi ibu hamil perlu diperhatikan.
Kedua, berikan bayi imunisasi lengkap. Untuk memenuhi hal ini, perlu adanya sinergi antara masyarakat dan pemerintah daerah terkait.
Ketiga, sang ibu wajib memeriksakan kehamilannya secara berkala. Ini bertujuan agar kondisi janin terpantau dan kesehatan ibu dapat terjaga. Keempat, pemberian ASI eksklusif bagi bayi minimal 6 bulan. Hal ini karena seratus hari pertama kehidupan anak merupakan masa emas saat gizi anak masih bisa diperbaiki, salah satunya dengan memberi ASI eksklusif.
ASI adalah asupan paling sempurna yang mengandung seluruh nutrisi yang diperlukan oleh bayi. Bagi bayi usia 0-6 bulan, ASI dapat diberikan tanpa menambahkan makanan ataupun minuman lainnya.
Kandungan pada ASI lebih mudah dicerna daripada susu formula sehingga ASI merupakan bentuk paling steril, ekonomis, dan sesuai kebutuhan, terutama bagi sistem pencernaan dan sistem imun bayi belum terbentuk sempurna.
Bagi bayi, ASI dapat menurunkan risiko terkena infeksi, penyakit, alergi, dan malnutrisi; meningkatkan kecerdasan bayi serta menciptakan ikatan fisik dan emosional dengan ibu.
Sementara itu, ASI yang dikeluarkan dari ibu dapat membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan setelah kehamilan, serta mengurangi risiko ibu terkena kanker rahim, kanker payudara, dan osteoporosis.Para peserta yang notabene merupakan ibu hamil mendapatkan cenderamata berupa buku resep masakan yang memuat cara praktis membuat makanan pendamping asi dan makanan bergizi seimbang dari setiap komponen 4 sehat 5 sempurna, seperti nasi, telur, buah-buahan, susu, dan vitamin.
Selain itu, pengecekan kesehatan juga dibuka secara gratis untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, seperti pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tensi darah, serta pengecekan status kandungan darah di dalam tubuh.
Kepala Dusun Desa Kalanganyar, Entoh Saputra, mengatakan kegiatan sosialisasi yang dilakukan mahasiswa FH dan FKM UI sangat bermanfaat bagi para ibu hamil karena tidak banyak ibu hamil yang mengetahui informasi terkait stunting. Padahal, stunting memiliki dampak yang luas dan berbahaya. Selain itu, pengecekan kesehatan yang diberikan para mahasiswa juga berguna bagi ibu hamil untuk mengetahui kondisi kesehatan janin mereka.
“Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kegiatan yang diselenggarakan oleh teman-teman mahasiswa UI. Kegiatan sosialisasi pencegahan stunting ini sangat diperlukan oleh ibu hamil, mengingat salah satu faktor dari terjadinya stunting adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu selama masa kandungan. Pengetahuan yang disampaikan dalam sesi pemaparan materi maupun cek kesehatan yang diberikan sangat berguna bagi ibu hamil untuk mengetahui kondisi kesehatan diri maupun janin dalam kandungannya,” ujar Saputra dalam keterangannya yang diterima, Rabu (19/10/2022).
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada Sabtu (01/10/2022) lalu, bertempat di Musholla Nurul Iman. Kegiatan bertajuk “Perbaikan Gizi Anak sebagai Upaya Perlindungan Anak di Bidang Kesehatan Pasca Bencana Alam” ini merupakan implementasi dari program hibah kepedulian masyarakat yang diselenggarakan Direktorat Kemahasiswaan UI.
Pengmas ini diketuai Alya Zhafira dengan tim pengabdi yakni Briliana Suci Dwiana, Annisa Sucita Fitri, Indi Millatul Aula, dan Satrio Alif Febriyanto dari FH UI, serta Balqis Khalisa dan Ananda Oktaviani dari FKM UI. Keseluruhan pengabdi diawasi oleh dosen FH UI, Heru Susetyo, S.H., LL.M., M.Si., M.Ag., Ph.D.
"Kami sangat antusias untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan stunting karena kegiatan ini merupakan ajang untuk terjun langsung menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan membawa semangat kontribusi dari para pengabdi, kami berharap kegiatan yang dilakukan pada hari ini akan berdampak bagi kemajuan generasi bangsa di masa yang akan datang. Karena memperhatikan kesehatan ibu hamil, pada hakikatnya memastikan kualitas generasi penerus bangsa,” jelas Ketua Tim Pengmas Alya Zhafira. (Rusdy Nurdiansyah)