Lingkungan
Beranda » Berita » Dipaparkan Tim Riset IPB University di Depok: Pertanian Kota Mampu Serap Karbon Setara Hutan Hujan Tropis

Dipaparkan Tim Riset IPB University di Depok: Pertanian Kota Mampu Serap Karbon Setara Hutan Hujan Tropis

Tim riset IPB University memaparkan program Pertanian Kota dan Potensinya untuk mengatasi dampak perubahan iklim di Kota Depok. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Tim riset IPB University memaparkan program Pertanian Kota dan Potensinya untuk mengatasi dampak perubahan iklim di Kota Depok. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA INDONESIA — Pertanian kota tidak hanya mampu menyediakan pangan sehat bagi warga, tetapi juga dapat menyerap karbon, yang setara dengan hutan tropis.

Hal ini merupakan temuan tim riset IPB University yang dipaparkan di Kota Depok, Sabtu (13/12/2025).

Riset yang dilakukan selama 2023-2025 di 6 demplot pertanian kota, merupakan bagian dari program Pertanian Kota dan Potensinya untuk mengatasi dampak perubahan iklim di Kota Depok.

Giat tersebut merupakan satu inisiatif kolaborasi Rikolto, IPB University dan Perhimpunan Indonesia Berseru.

“Kalau selama ini ada anggapan bahwa pertanian adalah penghasil gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Dan, secara umum sektor pertanian harus beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pertanian kota juga dapat menjadi bagian penting dari langkah mitigasi. Sehingga kota bukan hanya penghasil emisi, tetapi dapat menyerap emisi," papar Dr. Idung Risdiyanto, S.Si,. MSC, peneliti di Departemen Geofisika dan Meteorologi dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University.

Depok Kini Semakin Hijau, Indeks Kualitas Lahan Lampaui Target Nasional

Menurut Dr. Idung Risdiyanto, tentu pertanian kota yang dilakukan secara alami dengan penanaman rutin dan konsisten. Pertanian kota juga berperan dalam penurunan suhu udara.

Data di lokasi demplot pertanian yang diukur (2024-2025) menunjukkan ada penurunan Diurnal Temperature Range (DTR), perbaikan lingkungan udara dari aspek termal yang dapat menurunkan risiko kesehatan. Menunjukkan aspek lainnya terkait kesehatan.

“Hasil panen dari kebun komunitas yang diolah secara alami, dengan kompos dan agen hayati menghasilkan sayur yang lebih segar, lebih cerah dan bebas residu. Hal ini bisa menjadi keunggulan dibandingkan poduk sayur yang dijual di sekitar lingkungan," ungkap Wanda Russianzi, M.Si., peneliti dari Fakultas Pertanian IPB.

Pimpinan Program Rikolto, Nonie Kaban, memaparkan langkah untuk melihat kondisi Kota dan fenomena Pulau Panas (Urban Heat Island) ini merupakan bagian dari Program Kota Cerdas Pangan.

Rikolto percaya bahwa pertanian kota merupakan pintu masuk untuk mempercepat transformasi dari sistem pangan yang kacau ke sistem pangan kota yang berkelanjutan dan adil. Hasil pelaksanaan program selama 2,5 tahun menunjukkan hal tersebut.

Libur Nataru, DLHK Depok Pastikan Pengangkutan Sampah Tetap Berjalan Normal

"Ada akses pangan sehat yang lebih baik di komunitas, teratasinya sampah pangan kota serta perbaikan lingkungan dan juga peningkatan pendapatan bagi para pelaku pertanian kota. Kota Depok dapat menjadi katalis bagi aksi kolektif bagaimana kota mulai menata sistem pangannya," Imbuhnya.

Koordinator Nasional Perhimpunan Indonesia Berseru, Tejo Wahyu Jatmiko melihat untuk mewujudkan Kota Cerdas Pangan, peran pemerintah kota menjadi penting untuk menghubungkan, mengkoordinasikan berbagai unsur dalam Kota Depok, baik dalam pemerintahan, perguruan tinggi, komunitas, LSM didalamnya, swasta dan media dalam pembangunan Kota Depok.

“Untuk mempermudah navigasi, kami berinisiatif membuat model peta sistem pangan Kota Depok yang dapat membantu pemerintah untuk mengambil keputusan melalui data. Misalnya data tentang ketersediaan lahan dan pengembangan pertanian kota, yang lengkap dengan sumber sampah organik sehingga dapat terjadi ekonomi sirkular, yang dapat memecahkan berbagai tantangan di Kota Depok," ungkapnya.

Hasil riset selama 2,5 tahun ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi para pengambil kebijakan di Kota Depok pada khususnya, dan kota-kota lain sehingga kota dapat memperkuat ketangguhannya dalam menghadapi tantangan krisis pangan dan krisis lingkungan yang kian berat di tengah dampak perubahan iklim.

Riset ini juga dilakukan bersama dengan para petani kota yang menjadi petani pembelajar dengan berbagai pelatihan teknis untuk melakukan pertanian kota yang alami yakni tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia, dan menggantinya dengan produk alami yang dibuat sendiri.

Kelola Sampah Lebih Terukur, Pemkot Depok Gandeng PT BSA

Demikian juga mereka berlatih untuk mengamati dan melakukan pengukuran cuaca dengan alat Automatic Weather Station (AWS).

Kelompok Tani yang bergabung dalam proses 2,5 tahun ini merasa bangga dan senang dengan pencapaian yang ada.

“Dari tadinya kami tidak tahu apa-apa tentang berkebun, sekarang kami sudah bisa mengolah lahan sendiri saat memperluas kebun. Bangga juga ada perhatian dari banyak pihak kepada kami dan kebun kami," terang Ratna, ketua KWT Sejahtera 09, Kelurahan Beji yang menjadi lokasi pertemuan.

Pertanian kota di KWT Sejahtera 09 sudah terintegrasi dengan pengolahan sampah dengan maggot, dan kerap mejadi lokasi pembelajaran bagi kelompok lainnya.

Dalam diskusi hasil riset ini, para pemapar berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dapat bekerja sama lebih erat untuk mewujudkan sistem pangan kota yang berkelanjutan, dan menjadi kota model untuk pengembangan sistem pangan berkelanjutan bagi kota-kota lainnya.

“Kota Depok punya potensi dan hasil riset menunjukkan hal baik jika menerapkan pertanian kota yang alami, sirkular dan terintegrasi” tambah Tejo Wahyu Jatmiko.

Catatan:

1. Tantangan Kota Depok dalam pemenuhan pangan sehat warga: lahan pertanian sempit; 96,5% bahan pangan berasal dari luar (rentan), 60-70% sampah di TPA merupakan sampah basah, suhu permukaan Kota Depok meningkat, literasi pangan dan gizi relatif rendah, belum banyak yang paham tentang eratnya sistem pangan berkelanjutan dan ekonomi sirkular.

2. Ada enam demplot pertanian kota yang tersebar di tiga Kecamatan (Beji, Tapos dan Sukmajaya).

3. Rikolto adalah LSM internasional dari Belgia dengan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam bermitra dengan organisasi petani, dan para pemangku kepentingan lainnya.

4. Perhimpunan Indonesia Berseru merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk pada 2008 dengan fokus pada isu pangan dan pengembangan kapasitas anak muda.

(***)