RUZKA INDONESIA — Alunan cak, cuk, dan selo berpadu manis dalam suasana hangat di Galeri Indonesia Kaya (GIK) hari ini. Menjelang penghujung tahun, GIK sukses menyelenggarakan konser bertajuk “Kidung Natal Indonesia”, sebuah pertunjukan yang membuktikan bahwa tradisi dan semangat inklusivitas bisa berjalan beriringan dalam harmoni musik keroncong.
Hadir dalam dua sesi pertunjukan (pukul 15.00 dan 19.00 WIB), panggung GIK diisi oleh Krontjong Toegoe, grup legendaris asal Kampung Tugu yang telah menjaga api musik keroncong sejak tahun 1988.
Melodi Klasik dengan Sentuhan Orisinal
Krontjong Toegoe membawakan sepuluh lagu yang mengombinasikan lagu Natal dunia dengan identitas lokal. Penonton dibawa hanyut dalam emosi yang beragam, mulai dari kerinduan yang mendalam hingga sukacita yang meluap.
Pembukaan yang Menyentuh: Lagu Angin Desember karya Tino Michiels membuka konser dengan nuansa haru, menceritakan kenangan Natal di Kampung Tugu tanpa kehadiran orang tua.
Sukacita Penutup: Konser diakhiri dengan Merry Krontjong Everyone karya Illo Djeer, sebuah ajakan bagi semua orang untuk melepaskan masa lalu dan menyambut hari baru dengan berdendang bersama.
Lagu-lagu populer seperti Feliz Navidad, White Christmas, dan Jingle Bell Rock pun disulap menjadi aransemen keroncong yang segar dan unik.
Wajah “Bhinneka Tunggal Ika” di Atas Panggung Pertunjukan ini bukan sekadar konser musik, melainkan cermin kecil dari Indonesia. Penampilan tiga penyanyi Juliette Angela, Vanda Hutagalung, dan Melody memperkuat pesan kebangsaan melalui, Kostum Daerah Mengenakan busana yang merepresentasikan kekayaan wastra Nusantara.
Lirik Multibahasa, Menyisipkan lirik dalam bahasa Jawa, Batak Toba, Batak Karo, hingga Bali.
Harmoni Latar Belakang, Momen paling menggetarkan terjadi saat Vanda Hutagalung memperkenalkan para musisi yang ternyata berasal dari latar belakang suku dan keyakinan yang berbeda-beda. Tepuk tangan riuh bergema, merayakan persatuan di tengah perbedaan.
Antusiasme penonton meledak sepanjang acara. Menariknya, musik keroncong terbukti mampu melintasi batas negara. Ray, seorang wisatawan asal Thailand yang baru dua hari menginjakkan kaki di Jakarta, mengaku terpesona.
“Ini pertama kalinya saya mendengar keroncong secara langsung. Sangat indah dan membuat saya ingin tahu lebih banyak tentang budaya Indonesia,” ungkap Ray.
Manager Krontjong Toegoe, Lisa Michiels, menyampaikan apresiasi mendalam kepada Galeri Indonesia Kaya. Menurutnya, wadah seperti GIK sangat krusial agar musik keroncong tidak hanya menjadi kenangan, tetapi tetap hidup dan relevan bagi generasi muda.
“Galeri Indonesia Kaya berperan penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi budaya Bangsa yang beragam agar terus hidup dan menjangkau generasi muda,” tutur Lisa.
Melalui Kidung Natal Indonesia, Galeri Indonesia Kaya kembali mengukuhkan posisinya sebagai rumah bagi budaya Indonesia sebuah tempat di mana tradisi dirawat, kebersamaan diperkuat, dan keberagaman dirayakan dengan penuh sukacita. (***)
Jurnalis: Dwi Retno
Editor: Rusdy Nurdiansyah
Email: rusdynurdiansyah69@gmail.com

Komentar