Momentum Hari Pahlawan, PD PAB MUI Menyelenggarakan Training Akhlak Bangsa
RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyelenggarakan pelatihan Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial Angkatan 8 di Aula Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Gedung MUI Pusat, Lantai 4, Jakarta, pada Ahad (10/11/2024).
Kegiatan ini mengambil momentum Peringatan Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November di Indonesia, saat ini bertepatan dengan 8 Jumadil Ula 1446 Hijriah.
Acara pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris PD PAB MUI, KH Nurul Badruttamam, SAg, MA dan dipandu oleh Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Muhammad Ibrahim Hamdani, SIP, MSi, selaku moderator yang juga memaparkan materi seputar Akhlak Bagi Millenial.
Kegiatan ini ditutup secara resmi oleh Ketua PD PAB MUI, KH Dr Masyhuril Khamis, SH, MM yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Al-Jam’iyatul Washliyah.
Ia juga mengukuhkan seluruh peserta menjadi Duta Akhlak Bangsa MUI dalam acara ini. Adapun materi yang dibahas ialah seputar Akhlak Bagi Mllenial.
Acara ini diikuti oleh 51 peserta yang berasal dari pengurus dan kader Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) serta sejumlah siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dari Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Tangerang.
“Pada hari ini, kami, Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa MUI, secara resmi mengukuhkan adik-adik semua untuk menjadi Duta Akhlak Bangsa MUI. Adik-adik semua akan menjadi kepanjangan tangan MUI untuk senantias memperkenalkan akhlak bangsa kepada teman-teman di lingkungan terdekat,” tutur KH. Masyhuril Khamis saat menutup acara ini.
Terdapat tiga cara dalam berdakwah mengokohkan akhlak bangsa, lanjutnya, yakni dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan (tindakan) nyata, dakwah bil lisan atau dakwah dengan menyampaikan perkataan (kata-kata, nasehat), dan dakwah bil af’al atau dakwah dengan perilaku produktif dan berkelanjutan.
“Dakwah dengan pendekatan ekonomi produktif menjadi terapan dari dakwah bil af’al yang harus lebih diintensifkan lagi pada masa kini, khususnya bagi Generasi Millenial dan Generasi Z. Apalagi di era digital kini,” jelasnya.
KH Dr Masyhuril Khamis, SH, MM pun menceritakan kisah nyata tentang seorang santri alumni Strata 1 dari Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.
Ia meminta izin kepada ayahnya untuk menempuh pendidikan lanjutan Strata 2 atau Magister di Inggris, yakni di Oxford University, dan melanjutkan pendidikan di Strata 3 atau Program Doktor di China.
“Alasannya menarik kita telaah, karena santri ini beralasan ingin menimba ilmu dalam bidang ekonomi sekaligus menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional. Bahkan ia diterima di program Magister, fakultas ekonomi, Universitas Oxford,” paparnya.
Setelah lulus S2 di Inggris, ucapnya, santri itu kembali meminta izin ayahnya untuk melanjutkan program studi Strata 3 di China.
Alasannya, ia ingin mempraktekkan dan menerapkan ilmu ekonomi yang diperoleh di Inggris dengan cara belajar langsung di Program Doktor (S3) di China, sembari menguasai bahasa Mandarin sebagai bahasa bisnis.
“Saat ini, China menjadi negara adikuasa yang menguasai perekonomian dan bisnis global. Bahkan Presiden Prabowo Soebianto sedang berada di China saat ini, untuk menjalin kerja sama bisnis dan ekonomi antara Indonesia dengan Tiongkok. Jadi sangat penting menguasai bahasa Mandarin dalam praktek bisnis dan ekonomi,” ungkapnya.
Sebelumnya Sekretaris PD PAB MUI, KH Nurul Badruttamam, MA membahas seputar masalah dan tantangan serius yang kini dihadapi oleh generasi muda Muslim di Indonesia, khususnya Millenial dan Gen Z, seperti penyalahgunaan narkotika, zat adiktif dan obat-obatan terlarang (Narkoba), pornografi dan pornoaksi, serta perilaku seks menyimpang.
“Di era digital dewasa ini, generasi muda Muslim di Indonesia menghadapi berbagai masalah dan tantangan serius seperti Penyalahgunaan Narkoba, tawuran antar pelajar, pornografi, pornoaksi, perilaku seks menyimpang, pelecehan dan kekerasan seksual, seks bebas, tantangan media digital, dan bullying dalam kehidupan sosial,” terangnya.
Kondisi ini, ungkapnya, menyebabkan terjadinya kemerosotan akhlak bangsa, termasuk di kalangan Generasi Milenial dan Gen Z.
Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama PD PAB menyelenggarakan Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial.
"Apalagi saat ini sedang marak judi online dan pinjaman online yang melibatkan banyak pihak,” imbuhnya.
Lebih lanjut, KH Nurul Badruttamam pun meminta para peserta untuk secara bergantian maju ke atas podium dan memperkenalkan diri masing-masing. Hal yang menarik, ternyata cita-cita mereka bermacam-macam, ada yang ingin menjadi pengusaha, jurnalis, aparatur sipil negara (ASN), polisi, masinis, diplomat luar negeri, konglomerat, dokter, dan psikolog.
Ada pula yang bercita-cita menjadi make up artist, ahli gizi, dai (penceramah), ulama, duta besar, ahli tambang, menteri luar negeri, menteri pendidikan, bahkan menjadi presiden.
“Man Jadda Wajada, barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mencapai tujuannya, demikian kata pepatah Arab. Jadi adik-adik semua jangan pernah menunda-nunda pekerjaan, apa yang bisa kita kerjakan hari ini, kerjakan sekarang juga,” ungkap KH. Nurul Badruttamam.
Saat ini, lanjutnya, banyak remaja yang terpapar budaya dan ideologi asing sehingga menjadi tidak beradan dan tidak berakhlak.
Hal ini menjadi tugas kita semua, termasuk adik-adik peserta training, yang nanti akan menjadi “Duta Akhlak Bangsa” MUI bagi lingkungan terdekat dan organisasi masing-masing. (***)
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, SIP, MSi/Wakil Sekretaris PD PAB MUI