Info Kampus
Beranda » Berita » Perawatan Gigi Geriatri Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia di Era Populasi Menua

Perawatan Gigi Geriatri Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia di Era Populasi Menua

Prof. Dr. drg. Muslita Indrasari, M.Kes., Sp.Pros. Subsp.PKIKG(K), Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Prostodonsia Kedokteran Gigi, FKUI. (Foto: Dok Humas UI) 
Prof. Dr. drg. Muslita Indrasari, M.Kes., Sp.Pros. Subsp.PKIKG(K), Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Prostodonsia Kedokteran Gigi, FKUI. (Foto: Dok Humas UI)

RUZKA-REPUBLIKA. NETWORK — Indonesia tengah memasuki era transisi demografi menuju ageing population atau populasi usia emas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat dan diproyeksikan mencapai lebih dari 60 juta jiwa atau sekitar 20 persen dari total populasi pada 2045.

Melihat fenomena tersebut, Prof. Dr. drg. Muslita Indrasari, M.Kes., Sp.Pros. Subsp.PKIKG(K), Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Prostodonsia Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Universitas Indonesia (UI), menyebut bahwa peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) merupakan bukti kemajuan pembangunan nasional serta pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Baca juga: P2M Tim Dosen Poltekpar NHI Bandung, Rekomendasikan Pembentukan Badan Pengelola Wisata Pantai Karang Papak

Namun, keberhasilan ini juga.menghadirkan tantangan baru, yaitu menjaga kualitas hidup lansia.

Musim Mas Dukung Smart Class di UINSU Hadirkan Ruang belajar Modern dan Adaptif

“Tantangan utama dalam menghadapi transisi demografi menuju populasi menua bukan hanya menambah tahun dalam kehidupan, melainkan juga menambah kehidupan dalam tahun-tahun tersebut (adding life to years). Karena itu, peningkatan kualitas hidup populasi usia emas menjadi prioritas nasional yang memerlukan keterlibatan semua disiplin ilmu kesehatan,” jelas Prof. Muslita.

Dalam Pengukuhan Guru Besarnya yang berlangsung Rabu (29/10) di Balai Sidang UI, Kampus Depok, Prof. Muslita menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peran Prostodonsia dan Kedokteran Gigi Geriatri dalam Mendukung Kualitas Hidup Populasi Usia Emas di Indonesia”.

Menurutnya, kesehatan rongga mulut berperan penting dalam fungsi dasar manusia seperti mengunyah, berbicara, serta menjaga status gizi dan kesejahteraan psikologis.

“Hilangnya fungsi oral sering kali menyebabkan penurunan kualitas hidup, malnutrisi, bahkan mempercepat penurunan kondisi sistemik, seperti frailty dan gangguan kognitif. Oleh karena itu, pemeliharaan fungsi oral menjadi bagian integral dari strategi peningkatan kualitas hidup populasi usia emas,” ujar Prof. Muslita.

Baca juga: UMKM Naik Kelas Lewat Kolaborasi dan Strategi Digital Affiliate Marketing

UI Inisiasi Website STOP Perdagangan Orang untuk Lindungi Mahasiswa dan Pekerja Migran

Ia menjelaskan bahwa merawat pasien usia lanjut tidak sama dengan merawat pasien dewasa muda. Pasien usia lanjut, seperti geriatric patients, biasanya berusia di atas 60 tahun dan memiliki dua atau lebih penyakit, baik fisik maupun psikis.

Pasien ini umumnya menghadapi kondisi sistemik kompleks, seperti hipertensi, diabetes, penurunan kognitif, dan polifarmasi, yang semuanya berdampak langsung pada perawatan gigi dan mulut. Diabetes yang tidak terkontrol dapat memperburuk penyakit periodontal.

Untuk itu, bidang Prostodonsia ketika berpadu dengan pendekatan Kedokteran Gigi Geriatri yang holistik dianggap memiliki potensi besar dalam memutus rantai masalah kesehatan yang berawal dari rongga mulut menuju gangguan sistemik, seperti malnutrisi dan frailty.

Melalui pendekatan seperti Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) dan deteksi dini Oral Frailty Screening, perawatan gigi dan mulut dapat dirancang secara personal, efektif, dan preventif.

Baca juga: PKK Kabupaten Bogor Gelar Kegiatan BINDA, Komit Perkuat Program Kesejahteraan

Agar tak Salah Langkah, Ini Panduan Memilih Kampus yang Tepat Saat SNBP–SNBT 2026

Prof. Muslita menegaskan bahwa untuk mewujudkan visi tersebut dibutuhkan sinergi tiga pilar utama, yaitu penguatan pendidikan Kedokteran Gigi Geriatri di tingkat akademik, riset yang relevan dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan lansia, serta pengabdian masyarakat yang terintegrasi dengan advokasi kebijakan publik.

Penelitian terkait peran Prostodonsia dan Kedokteran Gigi Geriatri ini menunjukkan kepakaran Prof. Muslita dalam bidang tersebut. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain Improvement in Food Comminution At Swallowing Threshold With Newly Fabricated Removable Dentures(2025); Relationship between Risk Factors of Dysphagia, Occlusal Tooth Contact and Oral Health-Related Quality of Life in the Elderly (2024); dan Relationship between Complete Dentures and Swallowing Ability (2023).

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof. Muslita menempuh pendidikan di Universitas Airlangga untuk program Sarjana Kedokteran Gigi (1980–1985), S2 bidang Ilmu Kesehatan Gigi (1993–1996), dan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia (2000–2003). Kemudian, pada 2023, ia meraih gelar Doktor Kedokteran Gigi dari FKG UI.

Selain aktif sebagai pengajar, Prof. Muslita menjabat di FKG UI sebagai Ketua Departemen Prostodonsia (2015–2017), Sekretaris Departemen Prostodonsia (2023–2024), dan kembali sebagai Ketua Departemen Prostodonsia (2025–sekarang). Sejak 2016 hingga kini, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, salah satunya ASEAN Geriatric Dentistry Conference 2025, Faculty of Dentistry, Universiti Malaya, yang baru saja diikutinya pada Agustus lalu.

Acara pengukuhan guru besar Prof. Muslita turut dihadiri beberapa tamu undangan, di antaranya Wakil Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG.Subsp.Onko.; Dekan FKG, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Dr. Tjokro Prasetyadi, drg, Sp.Ort dan Direktur Utama RSUI, Dr. Ari Kusuma Januarto, Sp.OG Subsp.Obginsos. (***)